Wednesday, September 21, 2005 0 comments By: adedepok

hadits2 tentang puasa ....

1. Barangsiapa berpuasa ramadhan dengan keimanan dan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)
2. Allah 'Azza wajalla mewajibkan puasa ramadhan dan aku mensunnahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap keridhoan Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. (HR. Ahmad)
3. Rasulullah SAW menaiki mimbar untuk berkhotbah. Menginjak anak tangga pertama, beliau mengucapkan, "Aamin". Begitu pula anak tangga kedua dan ketiga. Seusai shalat para sahabat bertanya, "Mengapa Rasulullah mengucapkan 'Aamin'?" Beliau lalu menjawab, "Malaikat Jibril datang dan berkata, 'Kecewa dan merugi seseorang bila namamu disebut dan dia tidak mengucapkan shalawat atasmu.'" Lalu aku berucap "Aamin". Kemudian malaikat berkata lagi, "Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak bisa masuk surga." Lalu aku mengucapkan, "Aamin". Lalu katanya lagi, "Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya." Lalu aku mengucapkan "Aamin". (HR. Ahmad)
4. Bau mulut seorang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya misik (sejenis minyak wangi paling harum di dunia).
5. Makanlah waktu sahur, sesungguhnya makan waktu sahur menyebabkan berkah. (HR. Mutafaq 'alaih)
6. Manusia tetap berkondisi baik selama mereka tidak menunda-nunda berbuka puasa. (HR. Bukhari)
7. Barang siapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta waktu berpuasa, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya. (HR.Bukhari)
8. Barang siapa shalat pada malam Lailatul Qodar dengan keimanan dan harapan pahala dari Allah maka akan terampuni dosa-dosanya yang terdahulu. (HR. Bukhari)
9. Mungkin hasil yang diraih seorang shoim hanyalah lapar dan haus dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam hanyalah berjaga. (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
10. Barang siapa memberi makan pada orang yang berbuka puasa maka dia memperoleh pahalanya, dan pahala bagi yang menerima makanan (berpuasa) pahalanya tidak dikurangi sedikit pun. (HR. Attirmidzi)
11. Tidaklah termasuk kebajikan orang yang tetap berpuasa dalam perjalanan (musafir). (HR. Bukhari)
12. Barangsiapa berpuasa sehari tanpa rukshah (alasan yang dibenarkan) atau sakit, maka tidak akan dapat ditebus dosanya dengan berpuasa seumur hidup. (HR. Bukhari dan Muslim)
13. Barangsiapa berpuasa ramadhan penuh lalu diikuti berpuasa 6 hari dalam dalam bulan syawal, maka dia seperti berpuasa seumur hidup. (HR. Muslim)

contoh : Manajemen waktu dibulan ramadhan

Sebelum sahur. Sholat tahajjud minimal 2 Rakaat, kalo udah witir waktu tarawih ngga` usah diulang, tapi kalo belum ditambah dengan witir.
Sesudah sahur menjelang subuh, Tilawah Qur’an, 10 menit
Sesudah subuh, Tilawah Qur’an. 30 menit
Sesudah sholat dzuhur, Tilawah Qur’an / baca tafsir dan terjemahan, 30 menit
Sesudah sholat ashar, tilawah Qur’an 15 menit
Menjelang maghrib, baca buku islam 30 menit
Menjelang tarawih , tilawah Qur’an 10 menit
Sesudah tarawih dan istirahat sejenak dirumah. Tilawah Qur’an 30 menit
Menjelang tidur, merenunginperjalaanan diri dari sahur hingga saat ini

Kiat sehat dan bugar selama ramadhan

Niat puasa
Motivasi yang kuat untuk berpuasa menebabkan isik kita siap untuk menghadapi sesuatu yang diakibatkan oleh puasa tersebut.diketahui bahwa asam lambung orang yang niat lebih rendah dari orang yang kelaparan. hal ini dikarenakan niat(motivasi)puasa menyebabkan penekanan pusat lapar diotak sehingga kita siap menahan lapar sampai waktu berbuka
Tetap makan sahur
Makan sahur penting untuk kita, untuk memperoleh cadangan energi dalam melakukan aktivitas keseharian. Bila tidak makan sahur seseorang akan mudah Hipoglikimia dimana kadar gula dalam darah turun. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi cepat lesu,loyo dan mengantuk bahkan mudah marah.
Hindari makanan dan minuman yang banyak mengandung gula pada saat sahur
Makanan dan minuman yang telalu banyak mengadung gula akan memacu tubuh memproduksi insulin untuk segera menetralkan kadar gula dalam darah, akibatnya…!! rasa lapar akan cepat timbul dan badan pun akan menjadi depat lemah dan lesu so…Perbanyak makanan yang mengandung protein tinggi karena protein akan diolah lebih lambat dibanding jenis makanan lain
Segera bebuka puasa pada waktunya
Segeralah berbuka puasa dengan makanan yang manis (korma) sebab makaann manis lebih baik untuk usus yang kosong dan lebih cepat diubah menjadi energi. Makanlah dan minumlah secukupnya agar beban lambung tidak terlalu berat setelah berjam-jam kosong. Makan yang teelalu banyak pada saat berbuka akan menyebabkan sebagian besar darah yang terdistribusikan kealat pencernaanakibatnya aliran darah keotak menjadilebih sedikit, tubuh akan menjadi lemas, mengantuk danmalas berfikir. “ makan dan minumlah kamu dan jangan berlebihan..(Qs.7:31)
Berolahraga dibulan Ramadhan
Salah satu penyebab cepat lelah ketika berpuasa adalah kebiasaan yang salah, yakni ramai ramai berolahraga sehabis sahur (memang sich seger….tapi siangnya??? Wiiihh lemezz..) .waktu yang tepat untuk berolahraga dibulan ramadhan adalah beberapa jam (1-2jam) sebelum atau sesudah berbuka.
Menjaga kebersihan gigi dan mulut selama berpuasa
Ketika berpuasa semua kegiatan makan dan minum berhenti total sehingga produksi kelenjar air liur dimulut berkurang dan mulut menjadi ceapt asam dan berbau. Karena itu dianjurkan untuk segera menggosok gigi sehabis makan sahur agar sisa-sisa makanan tidak membusuk dirongga mulut

Tips-Tips Mengerjakan Ibadah Puasa Dengan Sempurna

Kerjakan Sholat-Sholat sunat Siang dan malam
Basahi lidah dengan Dzikrullah, Baik dirumah, didalam perjalanan ataupun pada waktu sholat
Jauhkan diri dari Musik dan hiburan, Karena bisa melalaikan dari dzikrullah
Tingalkan bicara atawa bercanda yang berlebihan So…kurangi ghibah `n jaga emosi….
Jauhi diri dari alat-alat atau permainan yang tidak bermanfaat
Upayakan selama bulan ramadhan ini terus menerus dalam keadaan bersuci
( berwudhu) karena hal ini akan mensucikan jiwa dan meningkatkan kepribadian
Kontrol hati dari nafsu dan riya`( puasa bukan karena Allah)
Pada sepuluh malam terakhir dibulan Ramadhan, lakukanlah I`tikaf dimesjid semampu anda

Beberapa peristiwa besarpada bulan Ramadhan

Perang badar Al-Qubra 17 Ramadhan Thn 2 H
fathu Makah 10 Ramadhan Thn 8 H
Perang Tabuk Ramadhan Thn 9 H
Masuknya Islam diYaman Ramadhan Thn 10 H
Ditaklukannya Andalus Ramadhan Thn 92 H
Kemerdekaan RI Pada BulanRamadhan
Penghancuran Patung Uzza Ramadhan Thn 8 H

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Bulan Tarbiyah untuk mencapai derajat Taqwa
Bagi orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa,sebagaimana diwajibkan atas
orang- orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa
(QS Al-Baqoroh :183 )
Bulan diturunkannya Al-Qur’an
Bulan Ramadhan yang pada bulan itu Al-Qur’an
diturunkan sebagai petunjuk buat manusia dan
penjelasan tentang petunjuk itu dan sebagai
pemisah (yang haq dan batil )
(QS Al-Baqoroh 185 )
Bulan yang paling utama, Bulan yang penuh
berkah

Bulan yang paling utama adalah bulan ramadhan,
Dan hari yang paling utama adalah hari jum’at
( HR Ath Thabrani )
Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas
melakukan ketaatan

Shalat lima waktu,dari jum’at-ke jum’at,dari
Ramadhan ke Ramadhan dapat menghapuskan
dosa-dosa,apabila dosa-dosa besar dihindari
( HR Muslim )
Bulan dilipat gandakannya amal shaleh
Rabku berkata : “Setiap perbuatan baik
Dilipat gandakan sepuluhkali lipat sampai
tujuhratuskali lipat,kecuali puasa,puasa itu
untuk-Ku Dan Akulah yang akan
membalasnya.Puasa adalah perisai yang
melindungi dari api neraka. Bau mulut yang
berpuasa disisi Alloh lebih wangi dari pada parfum
misik.apabila orang yang bodoh berlaku jahil
kepada seseorang diantara kamu yang telah
berpuasa,hendaklah ia katakan: “aku sedang
berpuasa,aku sedang berpuasa “( HR At Tirmidzi )
Ramadhan Bulan Jihad,Bulan Kemenangan
Sejarah mencatat.Bahwa pada bulan suci
Ramadhan inilah, beberapakali kesuksesan dan
kemenangan besar diraih umat islam.
Yang sekaligus membuktikan bahwa Ramadhan
bukan bulan malas dan lemah tapi merupakan
bulan kuat,bulan jihad,bulan kemenangan
Sunday, September 11, 2005 0 comments By: adedepok

Pertanyaan yang Sering Muncul di Bulan Ramadhan

"Bagaimana hukumnya seorang Muslimah yang minum obat penunda haidh agar tidak tertinggal puasa Ramadhan? Jika seseorang makan dan minum di bulan Ramadhan karena lupa, apakah puasanya batal? Bolehkah melakukan tranfusi darah ketika sedang berpuasa? Batalkah puasa orang yang berdusta di bulan Ramadhan?"


Pertanyaan-pertanyaan seperti itu hampir selalu muncul di setiap bulan Ramadhan, khususnya pada acara dialog Ramadhan di radio dan televisi. Biasanya pertanyaan demikian sudah dijawab oleh ustadz penyampai materi pada acara bersangkutan. Namun pada tahun berikutnya biasanya akan selalu muncul kembali.
Mungkin ada sebagian khalayak yang masih belum mengerti atau lupa atas penjelasan terdahulu, sehingga terpaksa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama. Pada tahun ini bukan tak mungkin hal yang sama kembali ditanyakan orang.
Untuk itu Sahid mencoba merangkum berbagai tanya-jawab tentang masalah-masalah tersebut dengan bersumber dari fatwa-fatwa ulama faqih. Semoga berguna.
Apa hukumnya makan sahur, wajib atau sunnah? Syarat sah puasa atau bukan?
Isyarat tentang makan sahur terdapat dalam al-Quran dan Hadits berikut ini. "Dan makan serta minumlah kamu sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar." (Al-Baqarah: 187). "Bersahurlah, karena dalam sahur itu ada berkah!" (Muttafaq alaihi dari Anas).
Kedua nash tersebut secara jelas menunjukkan perintah untuk makan sahur. Tapi berdasarkan praktek yang dilakukan Nabi dan para sahabatnya para ulama mujtahid (yang berijtihad menentukan hukum) sepakat bahwa perintah tersebut kadarnya sunnah, bukan wajib. Hal ini juga didukung oleh banyaknya hadits lain yang menerangkan berbagai keutamaan ibadah makan sahur antara lain membawa berkah dan mengundang rahmat Allah Swt, didoakan para malaikat serta menguatkan tubuh. Dengan demikian, ia bukan merupakan syarat sahnya puasa, karena tidak melaksanakannya pun tidak apa-apa.
Seseorang terlambat sahur karena kesiangan. Ketika sedang makan tiba-tiba terdengar adzan Shubuh. Apakah ia harus menghentikan makannya atau terus?
Apabila jelas dan tegas bahwa adzan fajar itu dilakukan tepat pada waktunya, sesuai dengan kalender negeri tempat orang tersebut berpuasa, maka wajib atasnya meninggalkan makan dan minum seketika ia mendengar adzan. Adapun jika ia mengetahui bahwa adzan itu dikumandangkan sebelum masuk waktunya selama beberapa menit, atau setidak-tidaknya masih diragukan, maka ia boleh makan atau minum sehingga ia yakin akan terbitnya fajar.
Pada masa sekarang hal ini mudah diketahui dengan adanya kalender (jadwal imsakiyah) dan jam yang terdapat hampir pada setiap rumah. Pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Ibnu Abbas, "Saya makan sahur, maka apabila saya ragu-ragu saya berhenti." Ibnu Abbas menjawab, "Makanlah selama engkau ragu-ragu, sehingga engkau tidak ragu-ragu lagi."
Jika seseorang makan dan minum di bulan Ramadhan karena terlupa, apakah ibadah puasanya menjadi batal?
Apabila makan dan minumnya karena terlupa, puasanya tidaklah batal. Makanan yang ia telan boleh dikatakan rizki dari Allah. Namun setelah teringat bahwa ia sedang berpuasa, maka orang tersebut harus melanjutkan puasanya pada hari itu hingga saat berbuka.
Hal ini telah dijelaskan dalam Haditas yang disampaikan Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi SAW pernah bersabda: "Barangsiapa lupa bahwa ia berpuasa, lalu ia makan dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena sesungguhnya (pada waktu itu) Allah memberinya makan dan minum." (HR Bukhari dan Muslim). Di dalam lafal Daruquthni dengan sanad shahih diriwayatkan: "Sebenarnya itu adalah rizki yang diberikan Allah kepadanya, dan tidak ada kewajian qadha atasnya." (HR Daruquthni). Dan dalam lafal lain menurut riwayat Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim disebutkan: "Barangsiapa yang berbuka puasa Ramadhan karena lupa, maka tidak wajib qadha atasnya dan tidak pula wajib membayar kafarat."
Apakah mimpi dan mengeluarkan sperma serta mandi junub di siang hari Ramadhan membatalkan puasa ?
Sesungguhnya bermimpi basah (mimpi yang disertai mengeluarkan sperma) tidak membatalkan puasa. Sebab hal itu di luar kemampuan dan kesadaran manusia atau merupakan perbuatan yang tidak disengaja. Begitu pula mandi jinabat tidak membatalkan puasa.
Bagaimana hukumnya manji junub setelah terbit fajar?
Orang-orang yang akan berpuasa diperbolehkan makan dan minum dan atau bersenggama (jima') pada malam hari sampai terbit fajar atau sebelum masuk waktu shalat Shubuh. Sebagaimana diatur dalam Surat Al-Baqarah ayat 187, sesudah waktu tersebut seseorang diperintahkan untuk tetap berpuasa. Dalam hal ini jika seseorang baru selesai bersenggama pada saat terbit fajar, tentu mandi junubnya hanya dapat dilakukan setelah terbit fajar atau setelah lewat waktu Shubuh. Sesuai dengan isyarat dalam ayat di atas, maka ia tetap diwajibkan berpuasa. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa diperbolehkan mandi junub setelah terbit fajar dan puasanya tetap sah.
Hukum ini diperkuat dengan sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim Ibnu Hiban dan Ibnu Khuzaimah dari 'Aisyah bahwa suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasul dan bertanya tentang mandi junub setelah fajar, sementara 'Aisyah mendengarkan dari balik tirai. Kemudian Rasul menjawab bahwa beliau juga pernah mengalami hal serupa untuk menunjukkan bahwa puasa orang itu tetap sah. Ada lagi satu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah dan Ummu Salmah yakni: "Sesungguhnya Nabi Saw ketika masuk Shubuh dalam keadaan junub setelah jima' kemudian mandi dan berpuasa."
Bagaimana hukum puasa bagi orang yang lemah fisiknya, seperti orang lanjut usia, orang sakit, musafir, wanita hamil dan menyusui serta pekerja berat ?
Orang lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan, jika merasa berat (tidak mampu) berpuasa, mereka boleh tidak berpuasa. Sabda Rasululllah : "Diberi rukhshah (keringanan) bagi orang lanjut usia untuk berbuka puasa dan memberi makan orang miskin setiap harinya, serta tidak ada kewajiban qadha' atasnya. (HR Daruquthni dan Hakim. Keduanya mensahihkan).
Orang yang sakit di bulan Ramadhan boleh tidak berpuasa, namun wajib mengganti (qadha') di luar bulan Ramadhan, sebanyak hari yang ditinggalkan. Firman Allah swt: "dan barang siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka) maka wajib baginya puasa sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (QS. Al Baqarah: 185).
Adapun musafir (orang yang melakukan perjalanan), mereka adalah orang yang oleh Allah diberi keringanan untuk meninggalkan puasa sebagaimana diatur dalam ayat al-Quran di atas dan Hadits berikut : "Sesungguhanya Allah menggugurkan puasa dari musafir dan separuh shalatnya, menggugurkan puasa dari wanita hamil dan menyusui. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).
Dalam hadits tersebut juga tertera dalil bagi wanita hamil dan menyusui. Seperti musafir mereka juga merupakan golongan orang-orang yang berhak menerima rukhsah (keringanan) untuk meninggalkan puasa. Di sini tidak dibedakan antara yang hamil tua atau muda, sebab umumnya kondisi mereka lemah. Begitu pula wanita menyusui. Oleh karena itu sesuai dengan prinsip Syariat Islam yang luwes dan bijaksana ini mereka diperbolehkan berbuka atau meninggalkan puasa.
Tentang penggantian puasanya, apabila puasa itu mengkhawatirkan keselamatan dirinya saja maka mayoritas ulama membolehkan mereka tidak puasa tapi wajib mengqadhanya saja tanpa membayar fidyah. Dalam hal ini kedudukan mereka sama dengan orang sakit. Kalau puasa itu mengkhawatirkan anaknya maka mereka boleh tidak puasa tapi ulama berbeda pendapat tentang penggantiannya. Apakah mereka hanya wajib qadha atau bayar fidyah saja, atau kedua-duanya.
Dr. Yusuf Qardhawi cenderung untuk memfatwakan bahwa mereka cukup membayar fidyah dengan memberi makan orang miskin saja dan tidak usah mengqadha. Tapi keringanan ini lebih ditujukan bagi wanita yang setap tahun hamil atau menyusui sehingga tidak sempat mengqadha. Misalnya pada bulan puasa tahun ini ia hamil, tahun depan menyusui. Kemudian tahun depannya hamil dan menyusui lagi. Kalau wanita seperti ini diwajibkan untuk mengqadha puasa berarti harus bepuasa secara terus-menerus. Hal ini tentu saja menyulitkan, padahal Allah sendiri menghendaki kemudahan.
Adapun bagi pekerja berat, mereka dapat diklasifikasikan dalam dua bagian. Pertama, pekerja berat yang sifatnya kontinyu sehigga tidak mempunyai waktu luang untuk mengqadha lantaran sehari-hari pekerjaannya keras dan kasar. Sebagai gantinya mereka harus membayar fidyah sebagaimana firman Allah: "dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya, membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin." (Al-Baqarah:184). Kedua pekerja berat yang sifatnya temporer yang masih memiliki waktu luang untuk melakukan qadha. Karenanya mereka ini wajib mengqadha puasanya sebagaimana orang sakit yang masih diharapkan sembuh dan musafir.
Bagaimana hukumnya orang berpuasa tapi tidak shalat? Apakah ibadah-ibadah itu saling berkaitan sehingga yang satu tidak diterima bila yang lain ditinggalkan ?
Mengenai masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat kafir terhadap orang yang meninggalkan salah satunya, ada yang menganggap kafir terhadap orang yang meninggalkan shalat dan tidak mengeluarkan zakat, dan ada pula yang menganggap kafir terhadap orang yang meninggalkan shalat saja mengingat kedudukannya yang sangat penting dalam agama, selain juga didasarkan pada hadits Rasulullah Saw: "(Hal yang membedakan) antara seseorang dengan kekafiran ialah meninggalkan shalat." (HR Muslim)
Apa hukumnya orang yang membatalkan puasa dengan sengaja?
Menahan lapar, haus, dorongan seks, tidak merokok dan segala yang membatalkan puasa pada bulan Ramadhan adalah pekerjaan yang sangat berat bagi orang yang tidak memiliki iman dan tidak menyadari manfaat puasa serta kerugian meninggalkannya. Satu hari dari bulan Ramadhan tidak dapat digantikan kecuali oleh satu hari dari bulan Ramadhan yang lain. Sedangkan pada setiap bulan Ramadhan seorang Muslim senantiasa mempunyai kewajiban berpuasa, dan kewajiban ini tidak mungkin dapat dihindarkan.
Oleh karena itulah sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud mengatakan : "Barangsiapa yang tidak berpuasa selama satu hari dari bulan Ramadhan tanpa ada rukhshokh untuknya, maka tidaklah ia dapat menggantinya meskipun dengan puasa setahun. “ (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Begitulah gambaran puasa yang jika ditinggalkan dengan sengaja tanpa alasan yang dibolehkan agama akan berakibat buruk bagi pelakunya. Sampai ditebus dengan puasa seumur hidup pun tidak bisa karena begitu besar dosanya.
Benarkah berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung) dalam berwudlu mempengaruhi keabsahan puasa ?
Berkumur-kumur atau beristinsyaq (memasukkan air ke hidung) dalam berwudlu itu ada yang mengatakan sunnah sebagaimana madzhab 3 orang imam, yitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Syafi'i. Ada juga yang berpendapat fardhu sebagaimana Imam Ahmad yang menganggapnya sebagai bagian dari membasuh muka.
Terlepas apakah hal ini sunnah atau wajib, maka seyogyanya berkumur dan beristinsyaq dalam berwudlu janganlah ditinggalkan, baik saat puasa ataupun tidak. Hanya saja, pada waktu berpuasa janganlah memasukkkan air terlalu dalam ke rongga hidung seperti halnya ketika tidak berpuasa. "Apabila engkau beristinsyaq, maka bersungguh-sungguhlah kecuali jika engkau sedang berpuasa." (HR Syafi'I, Ahmad, Imam yang empat dan Baihaqi).
Orang yang berkumur-kumur dan melakukan istinsyaq saat berwudlu kemudian secara tidak sengaja ada air yang masuk ke tenggorokannya maka puasanya tetap sah. Hal ini juga sama jika tanpa sengaja kemasukan debu, tepung, ataupun lalat yang masuk ke tenggorokannya. Kesemua itu merupakan ketidaksengajaan yang dimaafkan, meskipun ada sebagian ulama' yang menentang pendapat ini. Begitu pula berkumur-kumur di luar wudhu juga tidak mempengaruhi kesahihan puasa asalkan airnya tidak masuk ke perut (karena sengaja dan berlebihan).
Bagaimana dengan wanita yang haidhnya melebihi masa normal haidh ?
Pada dasarnya yang melebihi dari batasan tertentu masa haidh itu adalah darah istihadhah (darah kotor). Dalam masalah ini, harus diperhatikan saat mana wajib meninggalkan puasa serta mengqadha'nya karena darah haidh, dan saat mana tetap wajib berpuasa karena darah istihadhah. Dan lantaran ada berbagai alternatif, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Pertama : Jika lama haidh wanita itu dapat ditentukan setiap bulan sebelumnya, misal 6 hari, maka darah yang keluar selebihnya dari waktu tersebut dapat dinyatakan sebagai darah istihadhah, sehingga setelah 6 hari itu tetap wajib berpuasa sebagaimana biasa.
Kedua : Jika lama haidh wanita itu tidak dapat ditentukan setiap bulan sebelumnya, atau bahkan belum pernah haidh. Maka darah yang keluar harus dapat dibedakan antara darah haidh dan istihadhah dengan ciri masing-masing. Darah haidh bercirikan pada warna yang agak kehitaman, kental dan baunya menyeruak tajam. Sedangkan darah istihadhah agak kekuningan, lebih cair dan baunya sebagaimana darah biasa. Ketika darah yang keluar itu telah bercirikan darah istihadhah, maka wanita itu telah wajib berpuasa.
Ketiga : Jika lama haidh wanita itu tidak dapat ditentukan setiap bulan sebelumnya, atau belum pernah haidh, sedangkan darahnya sendiri tidak dapat dibedakan. Maka yang dinyatakan sebagai darah haidh diperkirakan sebanyak hari yang menjadi kebiasaan wanita pada umumnya, yakni 6 atau 7 hari. Sehingga selebihnya dinyatakan sebagai darah istihadhah, yang berarti sesudah masa 6-7 hari itu ia wajib berpuasa.
Bolehkah seorang Muslimah meminum obat penunda haidh agar tidak tertinggal puasa Ramadhannya ?
Muslimah yang kedatangan haidh pada bulan Ramadhan adalah tidak wajib untuk melaksanakan puasa pada bulan itu dan wajib mengqadhanya pada bulan yang lain. Hal ini merupakan suatu kemurahan dari Allah dan rahmat-Nya kepada wanita yang sedang haidh, karena pada waktu itu kondisi badan seorang wanita sedang lelah dan urat-uratnya lemah.
Oleh sebab itu, dengan sungguh-sungguh Allah mewajibkannya agar berbuka, bukan sekedar membolehkan. Apabila ia berpuasa, maka puasanya tidak akan diterima dan tidak dipandang mencukupi. Dia tetap wajib mengqadhanya pada hari-hari lain sebanyak hari-hari ia tidak berpuasa, sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah r.a., ia berkata : "Kami diperintah mengqadha puasa dan tidak diperintah mengqadha shalat." (HR Bukhari).
Sesungguhnya keluarnya darah haidh merupakan perkara thabi'i (kebiasaan) dan fitrah bagi setiap wanita, karena itu hendaklah dibiarkan berjalan sesuai dengan fitrahnya sebagaimana ia diciptakan oleh Allah. Namun demikian, jika ada wanita Muslimah menggunakan pil untuk mengatur (menunda) waktu haidnya sehingga ia dapat terus berpuasa pada bulan Ramadhan, hal ini tidak terlarang, dengan syarat pil tersebut dapat dipertanggungjawabkan tidak akan menimbulkan mudharat baginya.
Untuk mengetahui hal ini, sudah tentu harus dikonsultasikan dulu dengan dokter ahli kandungan/kebidanan. Apabila dokter menyatakan bahwa bahwa penggunaan pil tersebut tidak membahayakan terhadap dirinya, maka ia boleh menggunakannya.
Bagaimana jika berbuat dosa, misalnya berdusta, ketika sedang berpuasa ?
Secara syar'i sesuatu ibadah itu dipandang sah jika telah terpenuhi syarat dan rukunnya serta terhindar dari segala yang membatalkannya. Menahan diri dari perbuatan dosa bukan syarat dan rukun puasa. Maka perbuatan dosa bukanlah sesuatu yang membatalkan puasa. Puasanya itu sendiri tetap sah, walaupun demikian pahalanya berkurang atau gugur. Sah di sini adalah dalam pengertian, cukup untuk menuhi kewajiban dan tidak wajib mengqadhanya pada hari yang lain. Sabda Rasul Saw : "Barang siapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan batil, maka di sisi Allah tidaklah ia berguna meninggalkan makan dan minumnya (puasanya)." (HR. Bukhari dari Abu Hurairah). "Banyak orang yang berpuasa, namun tiada baginya dari puasa itu melainkan lapar. (HR. Nasai dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Kedua hadits itu telah mengisyaratkan bahwa Allah tidak akan memberikan pahala kepada orang yang berpuasa jika ia selalu berbuat dosa. Logikanya, pahala orang yang berpuasa itu akan berkurang oleh perbuatan dosa yang dilakukannya. Maka, walaupun sekali berbuat dosa puasanya akan tetap berkuarang pahalanya. Jika berulang kali dosanya, maka akan habis semua pahalanya.
Bagaimanakah hukum melafazkan niat puasa ?
Segala sesuatu yang berhubungan dengan niat, selalu ada dalam hati, atau selalu dengan hati. Oleh sebab itu, melafazkan atau mengucapkan niat tidaklah wajib hukumnya. Namun demikian, tidak pula berarti suatu bid'ah yang dosa dan sesat. Meskipun hal itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah.
Pengucapan niat pada hakikatnya dimaksudkan untuk memasukkan isi lafaz niat tersebut ke dalam hati yang oleh sebab itu menurut suatu madzhab dipandang sunnah hukumnya, lantaran diyakini akan menjadi pendorong bagi tercapainya sesuatu yang wajib. Hanya satu hal yang perlu diperhatikan, yakni wajibnya sebuah niat, tidak akan pernah dapat terpenuhi hanya dengan ucapan lisan tanpa ada dalam hati.
Apakah sah puasa satu bulan Ramadhan dengan niat satu kali saja ?
Puasa Ramadhan adalah ibadah, dan setiap ibadah wajib disertai dengan niat, sebagaimana dalam hadist riwayat Bukhari dan Muslim dari 'Umar bin Khathab ra, yang dapat disimpulkan bahwa sebuah niat tidak dapat digunakan untuk dua kali ibadah atau lebih.
Hari-hari puasa Ramadhan merupakan suatu bentuk ibadah tersendiri yang sama sekali tak terkait dengan puasa hari sebelum dan sesudahnya. Oleh sebab itu, setiap hari puasa Ramadhan membutuhkan niat tersendiri.
Namun demikian, sebagian dari para fuqoha ada pula yang berpendapat lain yakni bahwa; "puasa sebulan Ramadhan itu, cukup hanya dengan berniat satu kali saja pada hari pertama". Pendapat ini didasarkan bahwa puasa sebulan Ramadhan itu adalah sebuah kesatuan, tidak terpecah-pecah, sehingga layak disebut sebagai satu bentuk ibadah, dalam artian antara malam hari yang boleh makan minum dengan siang hari yang harus berpuasa, sudah merupakan suatu gabungan ibadah puasa.
Bagaimana hukum qadha yang tertunda sampai Ramadhan berikutnya ?
Waktu dan kesempatan untuk melaksanakan qadha (mengganti) puasa Ramadhan adalah lebih dari cukup yakni sampai bulan Ramadhan berikutnya. Namun demikian, tidak mustahil ada orang-orang dengan alasan tertentu belum juga melaksanakan qadha puasa itu sampai tiba bulan Ramadhan berikutnya.
Kejadian seperti ini, dapat disebabkan oleh berbagai hal, baik yang positif maupun negatif seperti, selalu ada halangan, sering sakit, bersikap apatis, gegabah, mengabaikannya dan lain-lain. Sehingga pelaksanaan qadha itu tertunda sampai Ramadhan berikutnya.
Penangguhan qadha puasa Ramadhan sampai tiba Ramadhan berikutnya tanpa halangan yang sah maka hukumnya haram dan berdosa. Sedangkan jika penagguhan itu disebabkan oleh udzur yang selalu menghalanginya, maka tidaklah berdosa.
Adapun mengenai kewajiban fidyah yang dikaitkan dengan adanya penangguhan qadha itu, diantara para fuqaha ada dua pendapat. Pertama, penangguhan qadha puasa Ramadhan sampai tiba Ramadhan berikutnya, tidak menjadi sebab diwajibkannya fidyah, baik penangguhan itu karena udzur atau tidak. Kedua, penangguhan itu ada tafshil (rincian) hukumnya yakni, jika penangguhan itu karena udzur, maka tidak menjadi sebab diwajibkannya fidyah. Sedangkan jika penangguhan itu tanpa udzur maka menjadi sebab diwajibkannya fidyah.
Apakah qadha puasa harus dilakukan secara berurutan ?
Qadha puasa Ramadhan, wajib dilaksanakan sebanyak hari yang ditinggalkan, sebagaimana termaktub dalam Al-Baqarah ayat 184. Tidak ada ketentuan mengenai tatacara qadha selain dalam ayat tersebut. Dan tidak ada pula dalil yang menunjukkan bahwa qadha itu harus dilakukan secara berurutan.
Malah sebuah hadits sharih (tegas dan jelas) yang diriwayatkan Daruquthni dari Ibnu Umar menyataan : "Qadha puasa Ramadhan itu, jika ia berkehendak maka ia boleh melakukannya secara terpisah. Dan jika ia berkehendak, maka ia boleh melakukannya secara berurutan."
Bagaimana jika wafat sebelum melaksanakan qadha ?
Memenuhi kewajiban membayar hutang adalah sesuatu yang mutlak baik yang berhubungan dengan manusia, apalagi yang berhubungan dengan Allah. Sehingga orang yang wafat sebelum memenuhi kewajiban qadha puasa Ramadhan sama artinya dengan mempunyai tunggakan hutang kepada Allah. Oleh sebab itu, pihak keluarga wajib memenuhinya.
Adapun dalam prakteknya ada dua pendapat. Pertama yang menyatakan pelaksanakan qadha orang yang wafat tersebut dapat diganti dengan fidyah. Sebagaimana diatur dalam hadits : Siapa saja wafat dan mempunyai kewajiban puasa maka dapat digantikan dengan memberi makan kepada seorang miskin pada tiap hari yang ditinggalkannya. (HR Tirmidzi dari Ibnu Umar)
Pendapat kedua mengatakan bahwa pihak keluarganya yang wajib melaksanakan qadha puasa tersebut sebagai gantinya dan tidak boleh dengan fidyah. Dalam prakteknya qadha itu boleh dilakukan orang lain dengan seidzin atau atas perintah keluarganya. Ini didasarkan oleh sebuah hadits : Siapa saja yang wafat dan mempunyai kewajiban qadha puasa, maka walinya berpuasa untuk menggantikannya. (HR. Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah)
Pendapat kedua ini lebih kuat karena landasan haditsnya lebih shahih. Sedangkan pendapat pertama haditsnya kurang kuat.
Bagaimana jika lupa jumlah hari puasa yang harus diqadha ?
Dalam keadaan seperti ini lebih baik jika ditentukan saja jumlah hari yang paling maksimum. Kelebihan hari qadha lebih baik dari pada kurang karena kelebihan itu akan menjadi ibadah sunnah yang memiliki nilai tersendiri.
Batalkah puasa karena operasi bedah, transfusi darah, injeksi, infus, mengobati mata, menghirup minyak angin dan minyak wangi ?
Pembedahan dalam operasi tidak menjadi sebab batalnya puasa. Yang menjadi sebab pembatalannya adalah pembiusan sebelum operasi itu dilakukan. Pembiusan itu akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadarannya. Ketidaksadaran itu sama halnya dengan orang yang pingsan atau hilang akal yang menyebabkan batal puasa.
Tentang transfusi darah, mengambil atau memasukkan darah dengan alat tertentu, pada zaman Rasul tidak dikenal. Agak sulit untuk menentukan batal-tidaknya puasa akibat tranfusi darah ini. Para fuqaha sepakat bahwa segala tindakan yang akan melemahkan tenaga maka hukumnya makruh bahkan haram jika tindakan itu kemudian akan menyebabkan seseorang tidak mampu lagi melanjutkan puasanya. Namun jika tindakan itu merupakan suatu langkah darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang, tranfusi darah diperbolehkan.
Seperti sudah diketahui secara umum orang yang diambil darahnya biasanya selalu diberi susu atau makanan yang berfungsi untuk menguatkan keadaan tubuhnya yang lemah. Karena itu orang yang memberikan darah dalam keadaan berpuasa sebaiknya membatalkan puasanya, dengan alasan menghindari diri dari kemudharatan. Sebaliknya orang yang menerima transfusi karena sudah pasti dia adalah orang yang sedang sakit parah, bahkan bisa jadi tidak sadarkan diri, maka puasanya batal.
Tentang injeksi atau memasukkan cairan obat lewat jarum suntik pada tubuh seseorang, pada zaman Nabi tidak dikenal. Untuk itu, dalam menentukan hukumnya bagi orang yang sedang berpuasa para ahli fiqh mengaitakannya dengan hukum dasar puasa. Salah satu sebab yang membatalkan puasa adalah masuknya makanan atau minuman ke dalam perut atau usus melalui kerongkongan (jalan masuk makanan dan atau minuman). Injeksi tidak berhubungan dengan dengan kerongkongan, sehingga ahli fiqh sepakat bahwa cairan yang masuk ke tubuh itu tidak membatalkan puasa karena tidak bertujuan untuk memasukkan makanan.
Persoalan yang mirip dengan injeksi adalah infus. Alat yang digunakan sama yakni jarum. Tapi cairan yang digunakan dalam infus sudah dimaklumi merupakan sari zat makanan. Tentang hal ini para ulama bebeda pendapat. Ada yang menyatakan puasa itu tidak batal karena bagaimana pun masuknya cairan itu tidak melalui kerongkongan yang menjadi sebab batalnya puasa.
Pendapat yang lain mengatakan batal karena sekalipun masuknya cairan itu tidak melalui kerongkongan melainkan ke pembuluh darah, tapi dampaknya bisa menguatkan tubuh sebagaimana makanan yang masuk lewat kerongkongan pun pada akhirnya akan masuk ke darah pula.
Dr. Yusuf Qardhawi menilai bahwa hukum infus dan injeksi tidak membatalkan puasa. Tapi ulama besar itu menyarankan agar dalam menggunakan fasilitas-fasilitas itu sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari bulan Ramadhan, karena bagaimanapun zat-zat yang dimasukkan lewat jarum infus itu akan mempengaruhi kekuatan tubuh. Padahal dengan puasa Allah menghendaki agar manusia merasakan lapar dan dahaganya supaya ia mengetahui kadar nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya.
Tentang pengobatan mata dan telinga dengan memasukkan cairan para ahli fiqh serta penggunaan celak mata umumnya sependapat karena ia tidak berhubungan sama sekali dengan perut dan kerongkongan maka hukumnya tidak membatalkan puasa. Ulama besar yang memfatwakan hukum ini antara lain Ibnu Taimiyah dan Yusuf Qardhawi.
Menghirup bau obat seperti minyak angin untuk penyembuhan, sekalipun masuk ke dalam tubuh melalu rongga kerongkongan dan bisa menyegarkan tubuh tidak membatalkan puasa. Lantaran yang dihirup itu adalah bukan benda yang berwujud. Jadi sama halnya dengan hukum mencium dan menghirup aroma masakan yang tidak membatalkan puasa. Alasannya dalam kehidupan sehari-hari manusia, baik sengaja atau tidak akan selalu mencium berbagai aroma.
Bagaimana Hukum Mencium Isteri Ketika Sedang Berpuasa ?
Mencium isteri pada dasarnya tidak membatalkan puasa terkecuali bila kemudian mengakibatkan keluarnya sperma. Jika demikian yang terjadi maka membatalkan puasanya.
Dalam kaitan mencium isteri yang dikaitkan dengan ibadah puasa digolongkan dalam tiga pembahasan : Mubah, yakni boleh mencium isteri jika tidak disertai syahwat. Misalnya, ciuman yang dilakukan sebagai ekspresi kasih sayang, melepas rindu setelah lama berpisah dan lain sebagainya. Singkatnya boleh, boleh mencium isteri walaupun sedang dalam berpuasa, selagi mampu menahan syahwat. "Nabi Saw mencium (isterinya), padahal sedang berpuasa. Dan beliau bersentuhan kulit, padahal sedang dalam berpuasa. Rasulullah Saw lebih mampu dari kamu dalam menahan syahwatnya." (HR Buhari, Muslim dari Aisyah).
Makruh, Yakni jika mencium isteri disertai dengan syahwat, walaupun tanpa disertai keluarnya sperma.
Haram, selain juga membatalkan puasa. Yakni mencium isteri disertai dengan syahwat yangmenyebabkan keluarnya sperma.
Batalkah Puasa Lantaran Mencicipi Masakan ?
Mencicipi masakan bagi para ibu-ibu yang sedang memasak merupakan hal yang lumrah dengan lidah, lantas dikeluarkan kembali, tidak membatalkan puasa. Dan tidak makruh pula hukumnya, meskipun dalam sekejap nikmatnya dapat dirasakan. Namun demikian, jika makanan atau minuman yang dicicip tadi sengaja ditelan ? walaupun relatif sedikit maka puasanya batal, sebagaimana batalnya puasa karena masuknya makanan atau minuman.
Bolehkah menyelam dalam air ketika berpuasa ?
Menyelam dalam air, jika dihubungkan dengan orang berpuasa, maka akan menimbulkan masalah. Dalam hal ini ada dua kemungkinan masalah yang akan menyertainya : Pertama, menyelam dalam air dengan tujuan menyegarkan badan. Kedua, menyelam dalam air yang menyebabkan batalnya puasa.
Untuk masalah pertama ada dua pendapat lagi, pertama yang menilai makruh dengan alasan bahwa sudah menjadi konsekuensi orang yang berpuasa harus bisa menahan kondisi yang timbul akibat puasa seperti lapar, haus, lemas, panas, letih dan lain-lain. Pendapat kedua merujuk pada riwayat Abu Bakar bin Abdurrahman yang menjelaskan bahwa suatu ketika para sahabat melihat Rasulullah menuangkan air ke atas kepalanya lantaran haus dan panas padahal beliau sedang berpuasa. Riwayat ini mengisyaratkan bahwa menyegarkan badan bagi orang yang berpuasa sama sekali tidak makruh.
Masalah kedua, tindakan menyelam dalam air yang bisa membatalkan puasa lantaran dikhawatirkan air akan tertelan baik melalui mulut ataupun hidung.
Bolehkah menggosok gigi ketika sedang berpuasa ?
Syari'at Islam sangat memperhatikan akan kebersihan dan kesehatan manusia. Dimana salah satu bukti tentang hal ini adalah disunnahkannya menggosok gigi ketika akan melaksanakan ibadah sholat.
Tentang dasar adanya anjuran ataupun larangan menggosok gigi pada saat berpuasa tidak ada nash yang secara terang menjelaskan. Tetapi ada hal yang menjadi pedoman bagi hal ini, yaitu jika rasa pasta gigi yang digunakan dibiarkan tertelan bersama air liur. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, yaitu tidak makruh dan sama sekali tidak membatalkan puasa bila menggosok gigi pada saat berpuasa, asalkan pasta gigi yang digunakan tidak ditelannya secara sengaja.
Batalkah puasa seseorang karena muntah ?
Muntah yang dikaitkan dengan dengan batal atau tidaknya puasa seseorang ada dua pendapat di kalangan para fuqaha. Pendapat pertama, muntah yang disengaja membatalkan puasa. Sedang muntah yang tanpa sengaja tidak membatlkan puasa. Hal ini disandarkan pada sabda nabi : "Siapa saja terdesak muntah, ia tidak wajib qadha'. Dan siapa saja yang berupaya untuk muntah maka wajib meng-qadha'nya. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, dari Abu Hurairah).
Pendapat Kedua, Muntah bagi orang yang puasa, disengaja atau tidak sama sekali tidak membatalkan puasa. Pendapat ini didasarkan pada hadits nabi : "Perkara yang tidak membatalkan puasa; muntah, berbekam dan mimpi keluar sperma. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi). Namun hadits ini adalah dlaif dari segi sanad.
Mengapa Merokok Membatalkan Puasa ?
Bagi orang yang berpuasa, memang tidak dijelaskan larangan merokok, baik dalam Al Qur'an maupun As-Sunnah. Akan tetapi hendaknya dimaklumi bahwa asap rokok yang mengandung nikotin itu merupakan benda yang berujud nyata. Sehingga, jika sengaja dihisap dan masuk dalam rongga badan (paru-paru, jantung dan usus besar), maka tidak disangsikan lagi bahwa hal tersebut membatalkan puasa sebagaimana makan atau minum.

shaum ramadhan...

1. MARHABAN YA RAMADHANMarhaban barasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang. Marhaban menggambarkan suasana penerimaan tetamu yang disambut dan diterima dengan lapang dada, dan penuh kegembiraan. Marhaban ya Ramadhan (selamat dating Ramadhan), mengandungi arti bahwa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dadapenuh kegembiraan, tidak dengan keluhan.Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan.Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda:
"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan" (Hr. Ahmad)Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt. Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tentangan. Ada gunung yang harus didaki, itulah nafsu. Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perompak yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan.Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya. Untuk sampai pada tujuan tentu diperlukankan bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur didalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.
2. RAMADHAN BULAN BERKAHIkhwati wa akhowati fillaah, Salah satu sifat Allah SWT adalah Ia memiliki irodah (kehendak), sebagaimana firmanNya : "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (QS Al Qoshosh [28]:68). Allah memilih sesuatu yang dikehendakiNya. Allah memilih tempat yang dikehendakiNya. Allah memilih manusia yang dikehendakiNya, pilihanNya sendiri ada yang menjadi Rasul, pemimpin negara, cendekia, dsb. Allah memilih gua Hiro' yang dikehendakiNya sebagai tempat pertemuan Rasul dan Malaikat Jibril. Allah memilih Mekkah yang dikehendakiNya sebagai kiblat kaum Muslimin dan memilih pula kota Madinah sebagai basis pertahanan Rasulullah dalam menyebarkan risalah Ilahi. Begitu pula halnya dengan bulan-bulan dalam setahun, Allah telah memilih Ramadhan sebagai bulan yang istimewa, yang namanya disebutkan dalam Al Qur-an. Firman Allah : "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." QS Al Baqoroh [2]:185. Jika Allah berkehendak, tentu ada suatu maksud tertentu dibalik kehendakNya itu. Allah mengutus Rasulullah dengan satu maksud, untuk menyampaikan risalah-Nya. Begitu halnya dengan bulan Ramadhan, sebab Allah tidak akan mengatakan Ramadhan sebagai bulan istimewa jika tidak ada sesuatu dibalik itu. Baginda Rasulullah SAW, ketika berada di penghujung bulan Sya'ban, selalu mengatakan kepada sahabatnya : "Telah datang padamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka sambutlah kedatangannya. Telah datang bulan shiyam membawa segala keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang datang itu." (HR. Ath Thabrani) Dalam sabdanya yang lain : "Sesungguhnya telah datang padamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah memerintahkan berpuasa di dalamnya.Pada bulan itu, dibukakan segala pintu Surga, dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu syetan-syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kebajikan malam itu, berarti telah diharamkan baginya segala rupa kebajikan." (HR. An Nasai dan Al Baihaqi)Jika kita menengok ke belakang, melihat sirah Rasulullah SAW kita akan melihat betapa banyaknya kejadian penting terjadi pada bulan Ramadhan, di antaranya :1. Bulan diturunkannya Al Qur-an. Firman Allah : "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)." (QS Al Baqarah [2]:185) Dalam tafsir Mafatihul Ghaib, berkenaan dengan ayat diatas, Ar Razi berkata : "Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dengan jalan menurunkan Al Qur-an. Karenanya, Allah SWT mengkhususkannya dengan satu ibadah yang sangat besar nilainya, yakni puasa (shaum). Shaum adalah satu senjata yang mengungkapkan tabir-tabir yang menghalangi kita manusia memandang nur Ilahi yang Maha Quddus. Al Qur-an adalah suatu kitab yang tiada bandingannya, pemisah yang haq dan bathil,berlaku sepanjang masa, dan menjadi pengikat seluruh ummat Islam di seluruh dunia.2. Bulan diturunkannya kitab-kitab suci lainnya. Di bulan ini pula, Allah menurunkan kitab-kitabNya yang lain kepada para Rasul, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits: "Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan dan Injil diturunkan pada 13 Ramadhan sedangkan Al Qur-an diturunkan pada 24 Ramadhan." (HR. Ahmad) Itulah keberkahan bulan Ramadhan, bulan turunnya ayat-ayat Qouliyyah, minhajul hayah bagi keberadaan manusia di muka bumi, penunjuk jalan bagi orang-orang yang mau mensucikan dirinya.3. Bulan pilihan Allah bagi terjadinya perang Badr. Perang pertama yang dilakukan kaum Muslimin, dimana perang ini menjadi penentu kelangsungan perjuangan da'wah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Perang Badr dinamakan Allah dengan sebutan "yaumul furqon" (hari pembeda antara yang haq dan bathil), sebagaimana firmanNya : "Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." QS Al Anfal [8]:41. Muhammad Qutb mengatakan dalam tafsirnya bahwa perang ini dari awal hingga akhirnya adalah rencana Allah SWT yang dilaksanakan dengan pimpinan dan bantuanNya. Dimana dalam jalannya pertempuran, Allah SWT memenangkan kaum Muslimin yang mempunyai personil dan persenjataan minim, ditambah kondisi fisik kaum Muslimin yang secara lahiriah lebih lemah karena sedang berpuasa, setelah menerima perintah yang baru beberapa saat diterimanya. Namun itu bukanlah hambatan untuk menang, karena kekuatan utama kaum Muslimin adalah kekuatan ruhiyyah mereka dengan keyakinan akan kebenaran janji Allah SWT. Peperangan ini membuahkan babakan baru dalam sistem gerakan Islam. Perang ini memperbaharui kondisi ummat Islam, setelah dengan sabar dan tabah menempuh tahapan-tahapan perjuangan da'wah. Lahir tatanan baru dalam kehidupan manusia, bagi penerapan hak-hak asasi serta sistem dan struktur baru bagi masyarakat dan negara. 4. Bulan yang dipilih bagi terbukanya kota Mekkah. Peristiwa "fathul makkah" terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan, sekitar 10000 kaum Muslim mendatangi Makkah dari segala penjuru. Pada saat itulah terjadi fenomenakemenangan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah manapun, dimana semuamusuh, hingga para pemimpinnya menerima dan mengikuti agama lawan. Ini tidak terjadi melainkan dalam sejarah Islam. Kemenangan ini hakikatnya adalah kemenangan akidah, kalimat tauhid dan bukan kemenangan individual atau balas dendam.5. Bulan yang dipilih Allah untuk Lailatul Qadar. Dijelaskan dalam firman Allah SWT : "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS Al Qadr [97]:1-5)6. Bulan yang dipilih untuk pelaksanaan puasa dan pemindahan qiblat. FirmanAllah : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. "QS Al Baqarah [2] : 183. Bersamaan dengan turunnya ayat perintah berpuasadibulan Ramadhan, pemindahan qiblat ummat Islam dari Baitul Maqdis keMasjidil Haram ini pun menjadi pembeda antara yang haq dan bathil, dimana pada saatsebelumnya orang Yahudi merasa lebih benar karena puasa mereka dan kiblat mereka diikuti kaum Muslimin. Namun dengan perintah itu, maka berbedalahkaum Muslimin dengan ahlul kitab. Berbeda pula kiblat Muslimin dengan mereka, serta puasa Muslimin dengan mereka. Kecongkakan mereka pun berakhir dengan barokah bulan ini.3. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN KEUTAMAAN BERAMAL DIDALAMNYA1. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra: Bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda : Ketika datang bulan Ramadhan: Sungguh telah dating kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu untuk shaum, dalam bulan ini pintu Jannah dibuka, pintu Neraka ditutup, Setan- Setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilanya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya ( tidak beramal baik didalamnya), sungguh telah diharamkan ( tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti di bulan ini)." ( HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqy. Hadits Shahih Ligwahairihi).2. "Diriwayatkan dari Urfujah, ia berkata : Aku berada di tempat 'Uqbah bin Furqad, maka masuklah ke tempat kami seorang dari Sahabat Nabi saw. Ketika Utbah melihatnya ia merasa takut padanya, maka ia diam. ia berkata: maka ia menerangkan tentang shaum Ramadhan ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda tentang bulan Ramadhan: Di bulan Ramadhan ditutup seluruh pintu Neraka, dibuka seluruh pintu Jannah, dan dalam bulan ini Setan dibelenggu. Selanjutnya ia berkata : Dan dalam bulan ini ada malaikat yang selalu menyeru : Wahai orang yang selalu mencari/ beramal kebaikan bergembiralah anda, dan wahai orang-orang yang mencari/berbuat kejelekan berhentilah (dari perbuatan jahat) . Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan." (Riwayat Ahmad dan Nasai )3. "Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya Nabi saw. Telah bersabda : Shalat Lima waktu, Shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya, Shaum Ramadhan sampai Shaum Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang diperbuat diantara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi."(H.R.Muslim)4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru, bahwa sesungguhnya Nabi saw. Telah bersabda: Shaum dan Qur'an itu memintakan syafa?at seseorang hamba di hari Kiamat nanti. Shaum berkata : Wahai Rabbku,aku telah mencegah dia memakanmakanan dan menyalurkan syahwatnya di siang hari, maka berilah aku hakuntukmemintakan syafa'at baginya. Dan berkata pula AL-Qur'an : Wahai Rabbku aku telah mencegah dia tidur di malam hari ( karena membacaku ), maka berilah aku hak untuk memintakan syafaat baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memmintakan syafaat." ( H.R. Ahmad, Hadits Hasan).5. "Diriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad : Sesungguhnya Nabi saw telah bersabda: bahwa sesungguhnya bagi Jannah itu ada sebuah pintu yang disebut "Rayyaan". Pada hari kiamat dikatakan : Dimana orang yang shaum? ( untuk masuk Jannah melalui pintu itu), jika yang terakhir diantara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu." (HR. Bukhary Muslim).6. Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa shaum Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang ( HR.Bukhary Muslim).
KESIMPULAN :Kesemua Hadits di atas memberi pelajaran kepada kita, tentang keutamaanbulan Ramadhan dan keutamaan beramal didalamnya, diantaranya:
1. Bulan Ramadhan adalah:a. Bulan yang penuh Barakah.b. Pada bulan ini pintu Jannah dibuka dan pintu neraka ditutup.c. Pada bulan ini Setan-Setan dibelenggu.d. Dalam bulan ini ada satu malam yang keutamaan beramal didalamnyalebihbaik daripada beramal seribu bulan di bulan lain, yakni malam LAILATUL QADR.
e. Pada bulan ini setiap hari ada malaikat yang menyeru menasehati siapa yang berbuat baik agar bergembira dan yang berbuat ma'shiyat agar menahan diri. (dalil 1 & 2).2. Keutamaan beramal di bulan Ramadhan antara lain :a. Amal itu dapat menutup dosa-dosa kecil antara setelah Ramadhan yang lewat sampai dengan Ramadhan berikutnya.b. Menjadikan bulan Ramadhan memintakan syfaa't.c. Khusus bagi yang shaum disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki Jannah. ( dalil 3, 4, 5 dan 6).4. PANDUAN AMALAN DI BULAN RAMADHANRamadhan bagi umat Islam bukan sekedar salah satu nama bulan qomariyah,tapi dia mempunyai makna tersendiri. Ramadhan bagi seorang muslim adalah rihlah dari kehidupan materialistis kepada kehidupan ruhiyah, dari kehidupan yang penuh berbagai masalah keduniaan menuju kehidupan yang penuh tazkiyatus nafs dan riyadhotur ruhiyah. Kehidupan yang penuh dengan amal taqorrub kepada Allah, mulai dari tilawah Al-Qur'an, menahan syahwat dengan shiyam, sujud dalam qiyamul lail, ber'itikaf di masjid, dan lain-lain. Semua ini dalam rangka merealisasikan inti ajaran dan hikmah puasa Ramadhan yaitu : Agar kalian menjadi orang yang bertaqwa. (Al-Baqoroh: 183 dan akhir Al-Hijr) Ramadhan juga merupakan bulan latihan bagi peningkatan kualitas pribadi seorang mulism. Hal itu terlihat pada esensi puasa yakni agar manusia selalu dapat meningkatkan nilainya dihadapan Allah SWT dengan bertaqwa, disamping melaksanakan amaliyah-amaliyah positif yang ada pada bulan Ramadhan. Diantara amaliyah-amaliyah Ramadhan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW baik itu amaliyah ibadah maupun amaliyah ijtijma'iyah adalah sebagai berikut:Shiyam (puasa)Amaliyah terpenting selama bulan Ramadhan tentu saja adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah pada surat al Baqoroh : 183-187. Dan diantara amaliyah shiyam Ramadhan yang diajarkan oleh Rasulullah ialah :a. Berwawasan yang benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya. "Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka hal itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya" (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi). b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari, dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan oleh syari'at Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa :"Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshoh atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus bahkan seandainya ia berpuasa selama hidup" (HR At Turmudzi).
c. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam. Rasulullah SAW pernah bersabda : " Bukanlah (hakikat) shiyam itu sekedar meninggalkn makan dan minum, melainkan meninggalkan pekerti sia-sia (tak bernilai) dan kata-kata bohong" (HR Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah).Rasulullah juga pernah bersabda bahwa : " Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktekkannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum " (Hr Bukhori dan Muslim).d. Bersungguh - sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya. Rasulullah SAW bersabda : " Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh Iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan " (HR. Bukhori, Muslim dan Abu Daud).e. Bersahur, makanan yang berkah (al ghoda' al mubarok ). Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda bahwa : " Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan anda tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur" (HR. Ahmad). Dan disunnahkan mengakhirkan waktu makan sahur .f. Ifthor, berbuka puasa. Rasululah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthor (berbuka puasa) dan mengakhirkan sahur. Dalam hal berbuka puasa Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa : " Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai olehNya, ialah mereka yang bersegera berbuka puasa. " (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Bahkan beliau mendahulukan ifthor walaupun hanya dengan ruthob (kurma mengkal), atau tamr (kurma) atau air saja " (HR. Abu Daud dan Ahmad).g. Berdo'a. Sesudah hari itu menyelesaikan ibadah puasa dengan berifthor, Rasulullah SAW seperti prilaku yang beliau lakukan sesudah menyelesaikan suatu ibadah, dan sebagai wujud syukur kepada Allah, beliau membaca do'a sebagai berikut ; Rasulullah bahkan mensyari'atkan agar orang-orang yang berpuasa banyak memanjatkan do'a, sebab do'a mereka akan dikabulkan oleh Allah. Dalam hal ini beliau pernah bersabda bahwa : " Ada tiga kelompok manusia yang do'anya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah do'a orang-rang yang berpuasa sehingga mereka berbuka" (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Tilawah (membaca) al Qur'anRamadhan adalah bulan diturunkannya al Qur'an. (QS. Al Baqoroh: 185). Pada bulan ini Malaikat Jibril pernah turun dan menderas al Qur'an dengan Rasulullah SAW (HR. Bukhori). Maka tidak aneh kalau Rasulullah SAW (yang selalu menderas al Qur'an disepanjang tahun itu) lebih sering menderasnya pada bulan Ramadhan. Imam az Zuhri pernah berkata : " Apabila datang Ramadhan maka kegiatan utama kita (selain shiyam) ialah membaca al Qur'an". Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid (kaedah membaca al Qur'an) dan esensi dasar diturunkannya al Qur'an untuk ditadabburi, dipahami dan diamalkan (QS. Shod: 29).
Ith'am ath tho'am (memberikan makanan dan shodaqoh lainnya)Salah satu amaliyah Ramadhan Rasulullah ialah memberikan ifthor (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Seperti beliau sabdakan : "Barangsiapa yang memberi ifthor kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut " (HR. Turmudzi dan an Nasa'i).Hal memberi makan dan sedekah selama bulan Ramadhan ini bukan hanya untuk keperluan iftor melainkan juga untuk segala kebajikan, Rasulullah yang dikenal dermawan dan penuh peduli terhadap nasib umat, pada bulan Ramadhan kedermawanan dan keperduliannya tampil lebih menonjol, kesigapan beliau dalam hal ini bahkan dimisalkan sebagai " lebih cepat dari angin " (HR Bukhori ).
Memperhatikan kesehatan.Shaum memang termasuk kategori ibadah mahdhoh (murni), sekalipun demikian agar nilai maksimal ibadah puasa dapat diraih, Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa dibawah ini:a. Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).b. Berobat seperti dengan berbekam (al hijamah) seperti yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.c. Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan oleh Rasulullah Saw kepada sahabat Abdullah ibnu Mas'ud RA, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. ( HR. AL Haitsami)
Memperhatikan harmoni keluargaSekalipun puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah, yang memang juga mempunyai nilai khusus dihadapan Allah, tetapi agar hal tersebut diatas dapat terealisir dengan lebih baik, maka Rasulullah justru mensyari'atkan agar selama berpuasa umat tidak mengabaikan harmoni dan hak-hak keluarga. Seperti yang diriwayatkan oleh istri-istri beliau, Aisyah dan Ummu Salamah RA, Rasulullah tokoh yang paling baik untuk keluarga itu, selama bulan Ramadhan tetap selalu memenuhi hak-hak keluarga beliau. Bahkan ketika Rasulullah berada dalam puncak praktek ibadah shaum yakni i'tikaf,harmoni itu tetap terjaga.
Memperhatikan aktivitas da'wah dan social Kontradiksi dengan kesan dan perilaku umum tentang berpuasa, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut dimuka, beliau juga aktif melakukan da'wah, kegiatan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau alami, beliau misalnya melakukan perjalanan ke Badr (tahun 2 H), Mekah ( tahun 8 H), dan ke Tabuk (tahun 9 H), mengirimkan 6 sariyah (pasukan jihad yang tidak secara langsung beliau ikuti/pimpin), melaksanakan perkawinan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, beliau berkeluarga dengan Hafshoh dan Zainab RA, meruntuhkan berhala-berhala Arab seperti Lata, Manat dan Suwa', meruntuhkan masjid adh Dhiror, dll.
Qiyam Ramadhan (sholat tarawih)Diantara kegiatan ibadah Rasulullah selama bulan Ramadhan ialah ibadah qiyamal lail, yang belakangan lebih populer disebut sebagai sholat tarowih. Hal demikian ini beliau lakukan bersama dengan para sahabat beliau. Sekalipun karena kekhawatiran bila akhirnya sholat tarawih (berjama'ah) itu menjadi diwajibkan oleh Allah, Rasulullah kemudian meninggalkannya. (HR. Bukhori Muslim).Dalam situasi itu riwayat yang shohih menyebutkan bahwa Rasulullah shalat tarowih dalam 11 reka'at dengan bacaan-bacaan yang panjang (HR. Bukhori Muslim). Tetapi ketika kekhawatiran tentang pewajiban sholat tarowih itu tidak ada lagi, kita dapatkan riwayat-riwayat lain, juga dari Umar ibn al Khothob RA, yang menyebutkan jumlah reka'at shalat tarowih adalah 21 atau 23 reka'at. (HR. Abdur Razaq dan al Baihaqi). Mensikapi perbedaan reka'at ini bagus juga bila kita cermati pendapat dan kajian dari Ibnu hajar al Asqolani asy Syafi'i, seorang tokoh yang juga dijuluki sebagai amirul mu'minin fi hadits, beliau menyampaikan bahwa : Beberapa informasi tentang jumlah reka'at tarowih itu menyiratkan ragam sholat sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing, kadang ia mampu melaksanakan shalat dalam 11 reka'at, kadang 21 dan terkadang 23 reka'at pula. Hal demikian itu kembali juga semangat dan antusiasme masing-masing. Dahulu mereka yang sholat dengan 11 reka'at itu dilakukan dengan bacaan yang panjang sehingga mereka bertelekan diatas tongkat penyangga, sementara mereka yang sholat dengan 21 atau 23 reka'at mereka membaca bacaan-bacaan yang pendek (dengan tetap memperhatikan thoma'ninah sholat) sehingga tidak menyulitkan.
I'tikaf.Diantara amaliyah sunnah yang selalu dilakukan oleh Rasulullah SAw dalam bulan Ramadhan ialah i'tikaf, yakni berdiam diri di dalam masjid dengan niat beribadah kepada Allah. Seperti dilaporkan oleh Abu Sa'id al Khudlri RA, hal demikiam ini pernah beliau lakukan pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan dan terutama pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Ibadah yang demikian penting ini sering dianggap berat sehingga ditinggalkan oleh orang-orang Islam, maka tidak aneh kalau Imam az Zuhri berkomentar ; Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan ibadah i'tikaf, padahal Rasulullah SAW tak pernah meninggalkannya semenjak beliau datang ke madinah sehingga wafatnya disana.
Lailat al QodrSelama bulan Ramadhan ini terdapat satu malam yang sangat berkah, yang populer disebut sebagai lailat al Qodr, malam yang lebih berharga dari seribu bulan (QS. Al Qodr : 1-5). Rasululah tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailat al qodr terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan puasa (HR. Bukhori Muslim ). Dalam hal ini Rasulullah menyampaikan bahwa : "Barangsiapa yang sholat pada malam lailatul qodr berdasarkan iman dan ihtisab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hr. Bukhori Muslim).
UmrohUmroh atau haji kecil itu bagus juga apabila dilaksanakan pada bulan Ramadhan, sebab nilainya bisa berlipat-lipat, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah kepada seorang wanita dari anshor bernama Ummu Sinan: " Agar apabila datang bulan Ramadhan ia melakukan umroh, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah SAW. (Hr. Bukhori Muslim)
Zakat FitrahPada hari-hari terakhir bulan Ramadhan amaliyah yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW ialah membayarkan zakat fithr, suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam baik laik-laki maupun perempuan, baik dewasa maupun anak-anak (HR. Bukhori Muslim). Zakat fithr ini juga berfungsi sebagai pelengkap penyucian untuk pelaku puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Ramadhan bulan taubat menuju fithrohSelama sebulan penuh, secara berduyun-duyun umat kembali kepada Allah yang Maha Pemurah juga Maha Pengampun. Dia Dzat yang menyampaikan bahwa pada setiap malam bulan Ramadhan Allah embebaskan banyak hambaNya dari api nereka (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Karenanya inilah satu kesempatan emas agar umat dapat kembali, bertaubat agar ketika mereka selesai melaksanakan ibadah puasa mereka benar-benar kembali kepada fithrohnya. Khotimah Demikianlah sebagian amaliyah Ramadhan yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap muslim. Dan dengan demikian Ramadhan juga menyiratkan salah satu prinsip dasar Islam tentang moderasi dan integralitas ajarannya. Ramadhan memang bulan penuh kebaikan, sehingga Rasulullah pernah bersabda ; "Apabila orang-orang mengetahui nilai lebih Ramadhan, mereka akan berharap agar semua bulan dijadikan sebagai bulan Ramadhan". (HR. Ibnu Huzaimah). Semoga Allahmenerima amaliyah shiyam dan qiyam kita sekalian, amin.

Marhaban Ya Ramadhan

Marhaban barasal dari kata rahb yang berarti luas atau lapang. Marhaban menggambarkan suasana penerimaan tamu yang disambut dan diterima dengan lapang dada, dan penuh kegembiraan. Marhaban ya Ramadha (selamat datang Ramadhan), mengandung arti bahwa kita menyambut Ramadhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan, tidak dengan menggerutu.
Rasulullah sendiri senantiasa menyambut gembira setiap datangnya Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sahabatnya seraya bersabda: "Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah memfardlukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telahl dijauhkan dari kebajikan" (Hr. Ahmad).
Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah swt.
Perjalanan menuju Allah swt itu dilukiskan oleh para ulama salaf sebagai perjalanan yang banyak ujian dan tantangan. Ada gunung yang harus ditelusuri, itulah nafsu. Digunung itu ada lereng yang curam, belukar yang hebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak dilanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat yang indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya.
Untuk sampai pada tujuan tentu dibutuhkan bekal yang cukup. Bekal itu adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur dilahan jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.
Spiritualisme dan Materialisme
Puasa Ramadhan hakekatnya adalah melatih dan mengajari naluri (instink) manusia yang cenderung tak terkontrol. Naluri yang sulit terkotrol dan terkendali itu adalah naluri perut yang selalu menuntut untuk makan dan minum dan naluri seks yang selalu bergelora sehingga manusia kewalahan untuk mengekang dua naluri ini.
Dalam sejarah manusia didapatkan dua falsafah yang dapat menguasai dan mendominasi kebanyakan manusia, yakni falsafah materialisme yang berorientasi pada materi saja, dan falsafah spiritualisme yang hanya berorientasi pada rohaniah saja.
Orang-orang yang berorientasi materi - terdiri dari orang-orang atheis, komunis dan animisme dan berhalaisme - mereka hidup untuk dunianya saja. Mereka melepaskan kendali nalurinya dan tak pernah puas. Bila terpenuhi satu keinginannya, timbul keinginan baru begitu seterusnya. Sahwat manusia bila sudah terbakar maka akan merembet dari sedikit ke yang banyak, dari banyak ke yang terbanyak. Allah mengecam orang-orang seperti ini: "Biarkanlah mereka makan, dan bersenang-senang, mereka dilalaikan oleh angan-angan dan mereka akan mengetahui akibatnya".(QS Al Hijr 3). Ayat lain: "Orang-orang kafir mereka bersenang-senang dan makan seperti binatang ternak makan. Dan neraka adalah tempat tinggalnya".(QS Muhammad 12). Mereka hidup di dunia ini dalam keadaan kosong. Jiwanya dikuasai nafsunya, menghalalkan segala cara, dan dihari kiamat nanati mereka mendapat balasan yang setimpal. "Demikian itu bersenang-senang di bumi tanpa haq dan mereka sombong".(QS Ghofir 75).
Sementara filsafat spiritualisme yang didasarkan pada kerahiban, berpandangan bahwa pengabdian kepada Tuhan harus menekan naluri seks mengikis habis pendorong-pendorongnya dan mematikannya yang juga dibarengi dengan mengurangi makan. Dengan kata lain mereka masuk dalam kancah peperangan melawan jasad manusiawinya. Filsafat ini dilakukan oleh gereja sejak dahulu kala.
Orang-orang Barat dewasaa ini melepaskan diri dari filsafat gereja, mereka menggunakan waktu dan harta kekayaannya untuk memenuhi sahwat jasmaninya. Filsafat spiritualismenya telah lenyap, bahkan gereja-gereja sudah tiada lagi pengunjungnya walaupun pada hari Minggu. Seandainya masih ada, itu hanya sekelompok minoritas yang hidup di dunia Islam.
Agama Islam adalah agama yang seimbang. Ia menghormati rohani dan jasmani sekaligus, ia memperhatikan nilai-nilai ideal manusia, tapi juga menjamin kebutuhan hidup naluri duniawinya asal dalam lingkup keutamaan, ketaatan, kehormatan. Ia membolehkan manusia makan dengan catatan dalam batas kewajaran dan kehormatan. "Makanlah dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tidak dibarengi kesombongan".(HR Bikhari).
Islam menyeimbangkan antara ruhani dan jasmani. "Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari lapar, karena sesungguhnya seburuk- buruk tidur adalah dalam keadaan lapar. Dan aku berlindung kepadamu dari khianat, karena itu adalah seburuk-buruk suasana kejiwaan".(HR Abu Daud).
Islam memperhatikan kehidupan dunia dan akherat, "Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertaqwa: Apa yang Tuhan kalian turunkan? mereka berkata: 'Keberuntungan bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini dan akherat lebih baik, dan sebaik tempat bagi orang-orang yang bertaqwa". (QS An-Nahl 30). Ajaran Islam datang untuk mensucikan manusia, mengangkat derajatnya, ia mensucikan fisiknya dengan mandi dan berwudlu, mensucikan jiwanya denga ruku' dan sujud. Islam adalah jasmani dan ruhani, dunia dan akherat dengan filsafat puasa. Islam menegaskan bahwa manusia terdiri dari jasmani dan ruhani.
Nilai manusia tidak terletak pada jasadnya, akan tetapi terletak pada ruhani yang menggerakkannya. Kerena ruhani inilah, Allah memerintahkan pada malaikatnya untuk hormat kepada manusia, karena ruhani datangnya dari Allah swt. Firman Allah: "Ingatlah diwaktu Tuhanmu berkata kepada para malaiakat: "Aku menciptakan manusia dari tanah, dan setelah aku sempurnakan aku tiupkan kedalamnya ruh-Ku, maka hormatlah kalian kepadanya".(QS ShAd 71-72).
Setelah itu manusia ada yang mengenali siapa yang meniupkan ruh kepadanya dan yang memulyakannya atas seluruh makhluknya. Mereka itu akan bersyukkur kepada pemberi nikmat, sementara ada manusia-manusia yang melupakan Tuhannya, melupakan kepada dzat yang meniupkan ruh kepadanya.
Demikian juga halnya kebudayaan. Kebudayaan yang memegang kendali alam sekarang ini telah melupakan Tuhannya, melalaikan haknya. Dunia ini tidak memiliki kebudayaan yang mengakui ruhani dan jasmani, berorientasi dunia dan akherat dan menentukan hak-hak manusia disamping hak-hak Allah -kebudayaan Islam-.
Puasa Ramadhan sebagaimana Rasulullah jelaskan dapat mengangkat derajat pelakunya menjadi unsur rahmat, kedamaian, ketenangan, kesucian jiwa, aklaq mulia dan perilaku yang indah ditengah-tengah masyarakat. "Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib. dan jangan berbicara yang tiada manfaatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, 'Aku berpuasa'". (HR. Bukhori).
Dalam bulan Ramadhan terdapat filsafat Islam yang mengaitkan dunia dengan akhirat, mengaitkan jasmani dan ruhani, mengaitkan bumi dengan langit, mengaitkan manusia dengan wahyu, dan mengaitkan dunia dengan kitab yang menerangi jalannya dan menetukan tujuannya.
Khutbah Nabi Menyambut Ramadhan
"Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu'."
"Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain."
"Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya."
"Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang."
Para sahabat berkata, "Ya Rasulullah, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw, "Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu."
"Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah, red) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka."
"Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya."
"Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara yang kamu sangat membutuhkannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka."
"Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga." (HR. Ibnu Huzaimah).

Perencanaan Matang Meningkatkan Kualitas Diri

Tetapkan target dan prioritas. Kesampingkan hal-hal yang tidak penting. Pernahkah Anda merasa ketika Ramadhan berakhir, Anda tidak mendapatkan apa-apa ? Hari-hari Anda disibukkan dengan berbagai kegiatan menyongsong Lebaran, mulai menyiapkan berbagai makanan, pakaian untuk seluruh anggota keluarga, bingkisan untuk sanak keluarga, hingga mengubah atau menata rumah.
Bagi seorang ibu, hari-hari pada Ramadhan adalah saat dimana begitu banyak kegiatan yang harus dilakukan. Dari mulai mendidik anak membiasakan puasa, mengajaknya mengisi waktu siang dengan kegiatan yang bermanfaat, belanja berbagai kebutuhan, menyiapkan hidangan dengan menu istimewa, dan kegiatan lain seperti yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian wajar jika Anda merasa tidak mendapatkan sesuatu yang berarti pada bulan Ramadhan.
Peristiwa shaum (puasa) di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri pada tanggal satu Syawal di masyarakat kita, memang sarat dengan simbul-simbul budaya. Berbagai penyelenggaraan kebiasaan atau budaya tersebut kadang melupakan esensi dari pelaksanaan puasa dan Idul Fitri itu sendiri.
Tentunya kita menginginkan, setiap kali melewati Ramadhan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Hanya kadang-kadang kondisi dan lingkungan kurang mendukung, terutama budaya yang umumnya menyeret pada budaya konsumtif dan berlebih-lebihan. Bagaimana mengatasi semua ini ?
Menetapkan Target dan Rencana
Pertama yang penting dilakukan adalah menetapkan target. Target yang akan kita capai jangan terlalu berat, sehingga menyulitkan kita untuk merealisasikannya, atau terlalu ringan sehingga kita tidak mendapatkan kemajuan yang berarti. Target sebulan bisa dipilah menjadi target harian, target mingguan target sepuluh hari pertama sepuluh hari kedua dan ketiga.
Setelah menentukan target, langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan agar target tersebut dapat terealisasi. Target dan rencana bisa ditetapkan jauh hari sebelum Ramadhan tiba.
Banyak hal yang bisa kita targetkan seperti peningkatan ibadah, kepribadian, keilmuan, dan lain-lain. Dalam hal ubudiyah, kita bisa mentargetkan ibadah baik kuantitas maupun kualitasnya. Shalat yang biasanya hanya mengerjakan shalat wajib bisa ditambah dengan shalat-shalat sunah, seperti shalat rawatib, shalat duha, shalat tarawih/shalat lail, dan lain-lain.
Pekerjaan rumah yang bertumpuk, kadang membuat seorang ibu menunda-nunda shalat, dengan alasan tanggung sedang dikerjakan.. Padahal pekerjaan jika dituruti, tak kunjung ada habisnya. Oleh karena itu pada Ramadhan adalah saatnya untuk memulai shalat tepat waktu.
Membaca al-Qur'an bisa direncanakan dilakukan setiap hari, baik setiap habis shalat atau pada waktu tertentu ketika ada waktu luang. Banyaknya ayat yang dibaca bisa disesuaikan dengan kemampuan. Jika kita mentargetkan mampu khatam satu juz, selama satu bulan berarti target harian adalah satu juz perhari. Jika mampu lebih dari itu, tentu akan lebih bagus lagi. Untuk menghapal al-Qur'an pun, sesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas. Jika belum hafal juz amma, kita bisa mentargetkannya selama satu bulan.
Bulan puasa adalah bulan yang paling tepat untuk membiasakan bersedekah. Dengan shaum kita bisa lebih menghayati penderitaan orang-orang yang nasibnya kurang beruntung, baik para fakir miskin maupun para pengungsi korban perang.
Dalam hal peningkatan kualitas kepribadian, pertama yang penting dilakukan adalah introspeksi diri. Sifat-sifat buruk apakah yang kita miliki. Mengubah karakter yang sudah sekian lama melekat memang bukan pekerjaan yang gampang. Boleh jadi kita membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengubahnya. Namun sangat tepat jika itu kita mulai dan kita azamkan pada Ramadhan, dimana semangat untuk mengubah diri kita cukup tinggi. Kita bisa membuat skala prioritas, sifat mana yang paling dianggap mengganggu atau yang paling ingin kita ubah, atau paling tidak terkurangi kadarnya. Banyak sifat atau kebiasaan yang distigmakan pada kaum ibu seperti tidak bisa menjaga lidah, cenderung memiliki rasa iri atau dengki, kebiasaan hidup santai dan boros, atau sifat-sifat buruk lainnya yang mungkin kita rasakan ada pada diri kita.
Dalam upaya meningkatkan keilmuan, banyak yang bisa kita lakukan atau kita pilih. Saat Ramadhan banyak stasiun televisi, maupun radio yang menyiarkan ceramah. Kita bisa pilih acara yang benar-benar memberikan wawasan dan penambahan pengetahuan. Cara ini cukup efektif, karena kita bisa mendengarkannya tanpa meninggalkan pekerjaan-pekerjaan rumah. Metode lain adalah mengikuti paket-paket kajian yang diadakan oleh masjid-masjid atau pusat dakwah. Kegiatan ini biasanya marak pada Ramadhan. Pilihan seperti ini bisa dipilih saat luang sebelum disibukkan dengan kegiatan dapur menjelang buka.
Melakukan Evaluasi
Pada saat pelaksanaan perencanaan, hal lain yang penting dilakukan adalah melakukan evaluasi. Seperti halnya dalam hal menetapkan target, evaluasi bisa dilakukan dalam hitungan harian, mingguan, persepuluh hari atau evaluasi pada akhir Ramadhan. Evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana target kita terealisasi atau tidak.
Sebenarnya setiap shalat adalah media untuk evaluasi dan introspeksi diri. Sejak mengambil air wudlu, yang kita lakukan adalah bukan sekadar mencuci kotoran fisik melainkan kita juga berusaha mensucikannya dari apa-apa yang telah dilakukan oleh anggota tubuh kita. Jangan sampai tangan, kaki, lidah, mata, hati dan indra lainnya, tidak berbeda saat sedang melakukan shaum dan pada hari biasa. Kita justru harus melatih agar pada saat shaum usai kitapun masih mampu mengendalikannya.
Ada beberapa hal yang bisa dievaluasi setiap habis Ramadhan. Ada beberapa kebiasaan buruk yang umum dilakukan pada saat menjalankan shaum. Salah satunya adalah terlalu berlebihan pada saat berbuka puasa. Latihan menahan hawa nafsu pada siang hari menjadi tidak berarti karena pada saat berbuka, nafsu untuk memuaskan segala hal justru meningkat. Yang terjadi puasa hanya memindahkan waktu makan tanpa ada peningkatan kemampuan mengendalikan nafsu.
Ada lagi kebiasaan kurang baik, yaitu mengisi waktu senggang siang hari dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti banyak menonton film yang kurang bermanfaat, mengobrol yang kurang jelas, berbelanja berlama-lama untuk sengaja membuang waktu. Banyak hal yang sangat bemanfaat yang bisa dilakukan seperti membaca buku, membuat kerajinan atau apapun yang lebih mendatangkan manfaat.
Hal lain adalah berlebihan menyambut Lebaran. Ada yang tabungannya sengaja dihabiskan untuk perayaan satu hari itu. Ada yang membeli banyak pakaian, atau kegiatan lain yang berlebihan untuk menyambut Lebaran. Padahal Lebaran adalah puncak atau bukti latihan peningkatan keimanan dan ketakwaan kita. Cara kita menyambut lebaran merupakan cerminan dari shaum kita.
Adalah hal yang wajar untuk menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri, karena saat seperti itulah kita bisa berkumpul dengan sanak saudara dan saling bermaaf-maafan. Hanya, jangan sampai kegiatan untuk itu, menghabiskan energi, fikiran, waktu, dan uang yang berlebihan. Hal ini terutama menjelang Ramadhan usai.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan Lebaran. Bagi yang jarang membeli pakaian baru, membeli pada saat menjelang Lebaran memang bisa dijadikan pilihan. Membagikan bingkisan atau hadiah pada sanak famili juga umumnya dilakukan pada momen seperti ini. Namun untuk menyiapkan semuanya tentu sangat menyita waktu, untuk itu sebaiknya dilakukan jauh hari. Jika penyiapan makanan, dan lain-lain semuanya dilakukan pada hari-hari akhir Ramadhan, tentunya akan menyita konsentrasi pada pelaksanan shaum kita. Padahal pada saat-saat itulah kesempatan kita untuk mendapatkan hikmah dan barokah seribu bulan.
Semoga Ramadhan kali ini kita menjadi jauh lebih baik. Amien.

Menyongsong Ramadhan untuk Keluarga

Penting untuk menyamakan hati dan menciptakan lingkungan rumah yang mendukung. Mengapa Allah memilih Ramadhan untuk dijadikan momen wajib berpuasa bagi seluruh ummat manusia? Mengapa tidak dibiarkan-Nya kita memilih waktu sendiri-sendiri, asal jumlahnya 29 hari atau sebulan ?
Salah satu hikmahnya adalah, ketentuan Allah itu justru menguntungkan kita. Berpuasa secara bersama-sama, ternyata jauh lebih mudah daripada harus berpuasa sendiri. Godaan berkurang, sementara motivasi pun terpacu.
Begitu juga di dalam sebuah keluarga, akan lebih baik jika menyatukan hati, jiwa dan langkah bersama dalam rangka saling memberikan dorongan untuk sukses berpuasa.
Melalui beberapa tips di bawah ini, Anda bisa lakukan dalam keluarga, untuk melayani kedatangan tamu agung dan mulia si Ramadhan ini, agar kita memperoleh barakahnya.
Mempersiapkan Hati
Menyambut tamu dengan lapang dada itu penting. Jangan sampai ada anggota keluarga tidak ikhlas menerima Sang Tamu. Ketika nenek memberi kabar bahwa akan menginap sebulan di rumah kita, bagaimana jika reaksi salah seorang anak Anda setengah hati menyambutnya? Dia merasa akan terganggu dengan keberadaan nenek di rumah, dan merasa keberadaan nenek selama sebulan bersama keluarga mereka, itu terlalu lama!
Nah, jika masih ada anggota keluarga Anda belum bisa menyambut kedatangan Ramadhan dengan sepenuh hati, hal itu akan mengganggu perjalanan Ramadhan keluarga Anda.
Bagaimana mempersiapkan hati anggota keluarga dalam menyambut Ramadhan, perlu Anda luangkan waktu bersama bagi seluruh anggota keluarag untuk menyelenggarakan semacam renungan. Lebih baik, jika pilihan waktu ditetapkan sebelum datangnya bulan Ramadhan ini.
Renungan keluarga menyambut Ramadhan ini baik jika diisi dengan menggali keutamaan-keutamaannya, dan janji-janji Allah berupa balasan bagi mereka yang mau menerima dan melayani sebaik-baiknya kedatangan tamu itu.
Sampaikanlah ayat-ayat al-Qur'an yang berkaitan dengan puasa, begitu juga hadis-hadis Nabi Muhammad saw. Utamakan hadis-hadis yang membawakan kabar gembira tentang pahala dan keutamaan yang dijanjikan Allah swt. Kepada putra-putri yang masih kecil, Anda bisa sampaikan kisah-kisah keberhasilan para sahabat dalam berpuasa.
Lingkungan Rumah Mendukung
Godaan puasa bisa datang dari mana saja, termasuk dari rumah Anda sendiri. Itu sebabnya penting untuk membuat suasana rumah yang mendukung. Ada beberapa hal yang perlu diingat, terutama bahwa godaan puasa bisa datang melalui panca indra, baik melalui mata, telinga, hidung, juga anggota badan.
Supaya mata tak tergoda, sembunyikan makanan dan minuman yang ada di rumah dari pandangan mata. Kunci kulkas supaya tak timbul keinginan untuk membukanya. Supaya mata tak tergoda, jangan biarkan ada gambar-gambar makanan dan minuman segar yang merangsang air liur.
Mengurangi godaan yang masuk lewat hidung, dengan tidak membiarkan bau nikmatnya makanan menggoda hidung sebelum waktunya. Itu sebabnya, lebih baik jika ibu memasak makanan menjelang waktu berbuka, sehingga baunya tidak terlalu berat menggoda.
Telinga pun bisa ikut andil memasukkan suara-suara yang menggoda ke dalam jiwa kita. Untuk menghindarinya, Anda harus mengupayakan mengurangi lagu-lagu bernada asmara, cinta, yang semula senantiasa menghibur telinga di rumah, diganti dengan lagu-lagu bernuansa Islam. Anda pun bisa membuat lomba bagi anak-anak, siapa yang paling sering mengucapkan dzikir sehari-hari? Siapa yang paling rajin mengucap salam?
Televisi, radio, VCD, semuanya pun bisa menjadi penggoda utama. Bukan hanya menggoda agar puasa menjadi batal, tetapi juga menggoda hawa nafsu sehingga mengurangi pahala puasa. Itu sebabnya, semuanya perlu dikontrol dan dikendalikan.
Jadwal Bersama
Membuat jadwal Ramadhan keluarga, sangat penting dilakukan. Banyak kegiatan yang akan lebih mudah dan menyenangkan jika dikerjakan bersama keluarga. Itu sebabnya, perlu diluangkan jadwal-jadwal rutin Ramadhan keluarga.
Beberapa contohnya, Anda bisa merancang jadwal berbuka rekreatif dua kali dalam sebulan. Berbuka sembari menikmati tadabbur alam, sembari silaturahmi ke rumah saudara, atau sambil rihlah dari masjid ke masjid, dan akhirnya ikut berbuka bersama di salah satu masjid bersama kaum dhu'afa.
Anda juga perlu merancang jadwal tadarus bersama keluarga. Atau jadwal pembacaan hadis dan kisah-kisah Ramadhan untuk putra-putri tercinta. Bisa juga sesekali tarawih berjamaah di rumah. Dan, ada banyak ide lain untuk merancang jadwal Ramadhan untuk keluarga Anda.
Marhaban ya Ramadhan !

Melatih Anak Berpuasa

Kerap kita dengar celetukan ketus kaum ibu, tentang apa gunanya bersusah-susah mengajar anak melaksanakan shaum (puasa). "Toh mereka masih kecil. Masih waktunya bermain. Mengapa juga kita paksa-paksa nahan lapar. Kan kasihan."
Kasihan, justru kasihan kepada mereka yang tak memahami pentingnya puasa bagi anak-anak. Karena justru di usia anak-anaklah, sedang berproses sebuah fase perubahan besar, yaitu pengurangan egosentrisme. Dan, ini akan bisa diperlancar dengan terapi latihan menahan keinginan.
Bagi anak yang terbiasa jajan, karena orang tua senantiasa menuruti keinginannya, maka penjual apapun yang lewat di depan rumah nampak menggugah selera mereka. Ketika penjual es lewat, tenggorokan mereka terasa haus. Begitu penjual roti lewat, perut mereka pun terasa lapar. Sebentar kemudian penjual susu murni, dilanjutkan baso, dan terakhir mainan.
Betul, bahwa setiap bayi terlahir dengan dibekali egosentrisme sangat kuat, bahwa bagi mereka yang terpenting adalah kesenangan buat dirinya sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia, sifat ini akan terkikis perlahan hingga habis ketika dewasa nanti. Dalam fase perkembangannya, orang tua bisa proaktif mempercepat pengikisan egosentrisme ini, salah satunya dengan cara latihan menahan keinginan.
Manakala Anda selalu menuruti keinginan anak, karena Anda memiliki uang untuk mengabulkan permintaan mereka, maka anak Anda tidak belajar untuk menghapus egosentrisme dalam dirinya. Anak seperti ini kerap tumbuh menjadi manja.
Dengan latihan puasa, anak belajar bahwa ada kalanya ia harus menahan lapar, walaupun ada makanan di dapur. Ia pun dilarang minum walau ada air mineral berbotol-botol. Ia akan belajar sedikit demi sedikit menahan keinginannya. Sungguh, latihan selama sebulan untuk menahan keinginan, merupakan terapi luar biasa untuk mempercepat kedewasaan anak.·

Membangunkan Anak Sahur

Biasanya anak-anak malas bangun malam, apalagi di suruh makan. Apa kiatnya ? Sahuuuur... sahuuur...! Bunyi kentongan yang ditabuh ribut para pemuda kampung, bisa jadi cukup efektif membangunkan anak untuk sahur di hari-hari pertama Ramadhan. Tetapi, belum tentu kiat ini efektif untuk hari-hari berikutnya selama sebulan yang tiga puluh hari itu. Perlu ada beragam variasi cara untuk membangunkan anak agar bersemangat makan sahur.
Sentuhan bisa diberikan pada penyusunan menu makanan dan minuman yang menarik dan membangkitkan selera makan anak. Sentuhan penunjang pun bisa diberikan dengan menciptakan suasana menggembirakan yang juga membantu menyegarkan badan anak. Tentu saja, kreatifitas ibu sangat diperlukan untuk menemukan cara menarik yang beragam dan bervariasi dari pagi ke pagi berikutnya. Mau tahu kiat-kiatnya?
Mengusir Kantuk
Sebelum merancang kiatnya, perlu diketahui dulu kendalanya. Pertama dan utama, adalah rasa kantuk. Untuk melawan kendala ini, harus dipastikan bahwa jatah tidur anak setiap harinya tetap terpenuhi, tidak berkurang lamanya. Jika di luar bulan Puasa mereka tidur dalam sehari selama 10 jam, maka sejumlah itu pulalah mereka perlu tidur di bulan Suci Ramadhan.
Jumlah jam tetap sama, hanya pemilihan waktunya yang bisa divariasi dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan Ramadhan anak secara keseluruhan. Ada anak-anak yang memiliki banyak teman bermain di sekitar rumah, sehingga memilih untuk menghabiskan waktu siang dan sore hari untuk bermain. Maka anak ini harus segera tidur seusai shalat tarawih, agar bisa bangun ketika sahur.
Namun jika jumlah tidur di malam hari ini pun belum mencukupi jumlahnya, ijinkan mereka tidur barang satu hingga dua jam usai shalat subuh untuk mengganti jam tidurnya.
Anak yang tak memiliki teman bermain, mungkin lebih memilih tidur siang, sehingga di malam hari ia masih bisa meluangkan waktu menonton televisi acara khusus Ramadhan, bersama ayah ibu seusai tarawih.
Mengusir Rasa Malas
Kendala kedua adalah rasa malas, karena tubuh masih lemas setelah tidur berjam-jam lamanya. Aliran darah belum bisa tersalur lancar ke seluruh bagian tubuh, sehingga banyak bagian badan anak yang terasa lemas dan susah bergerak.
Secara alami, tubuh anak akan mengatasi kendala ini dengan gerakan mulet (merenggang). Secara refleks tangan dan kaki ditarik-tarik, supaya otot tergerak dan darah bisa mengalir lebih lancar. Tulang-tulang pun digerak-gerakkan supaya tidak terasa kaku.
Ibarat sebuah senam, maka gerakan-gerakan ringan anggota badan saat bersenam akan memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh dan membuat badan segar untuk segera melakukan aktivitas lain. Begitu pula untuk membuat tubuh anak terasa segar segera setelah bangun tidur, pancing anak agar melakukan gerakan-gerakan ringan yang akan meningkatkan kesegaran tubuhnya sedikit demi sedikit.
Ajak anak untuk segera duduk setelah ia membuka mata. Biarkan beberapa saat, baru kemudian ajak mereka untuk turun dari tempat tidur menuju ruang makan. Jangan terlalu tergesa memaksa anak untuk segera berada di depan meja makan. Kalau perlu, Anda bisa bawakan minuman hangat ke tempat tidur mereka dan menyuruh anak meminumnya sembari duduk, untuk lebih cepat menyegarkan badan. Baru kemudian menuntun mereka menuju tempat makan.
Bisa jadi anak sudah duduk di depan meja makan, namun masih juga badannya lemas dan tak bersemangat. Kiat lain bisa dicoba, yaitu dengan mengajak anak keluar rumah. Duduk-duduk di teras rumah sambil memandangi bintang-bintang di langit. Atau berjalan-jalan barang lima menit di halaman bersama ibu sambil menceritakan kisah binatang-binatang yang segera pergi mencari makan setelah bangun tidur. Dinginnya udara pagi akan membantu menyentakkan otot tubuh agar bereaksi mendorong kelancaran peredaran darah.
Bahkan sesekali bolehlah ibu menemani anak menghabiskan makan sahurnya di kursi taman, sambil menikmati daun dan bunga-bunga di taman depan rumah yang bergoyang-goyang ditiup angin. Atau menemani anak makan sahur di teras sembari menikmati indahnya kembang api yang mereka mainkan!
Menyegarkan Mata
Selain menyegarkan tubuh dengan beragam gerakan-gerakan ringan, mata anak pun segera disegarkan kembali. Apa kira-kira yang bisa merangsang mata anak agar bisa terbuka dengan penuh semangat ?
Ya, benar sekali. Televisi, merupakan cara terbaik untuk merangsang mata anak agar terbuka. Jika ada acara televisi yang cocok untuk menemani anak makan sahur, mengapa tidak? Lagu-lagu Ramadhan untuk anak, cerita boneka, atau kisah nabi-nabi, akan cukup menyenangkan sebagai teman sahur bagi anak.
Anda pun bisa menyediakan buku-buku bacaan bergambar yang menarik. Bagi anak yang terbiasa membaca buku cerita, akan cukup efektif membangunkan mereka, jika Anda memberikan beberapa buku bacaan baru yang menarik, kemudian membuat peraturan bahwa buku-buku tersebut hanya boleh dibaca saat makan sahur, atau sesudahnya. Di luar waktu-waktu itu Anda berhak menyimpannya!
Menyegarkan telinga dengan irama musik
Nah, telinga pun perlu diberi konsumsi, untuk memberi dukungan kekuatan bagi anak untuk bisa segera bangun dan makan sahur. Ramaikan suasana makan sahur bersama putra-putri Anda dengan lagu-lagu ceria yang mereka gemari!
Secara refleks, saraf anak akan bereaksi menggerak-gerakakn otot badannya sedikit demi sedikit mengikuti irama lagu kegemaran mereka. Ketika anak telah benar-benar duduk dan berselera makan, telinga pun telah cukup puas dengan konsumsi lagu-lagu yang menyenangkan hati anak, maka Anda bisa mengubahnya dengan alunan ayat-ayat suci al-Qur'an. Model konsumsi telinga yang kedua ini tidak lagi berfungsi membangunkan dan menyegarkan anak, tetapi berfungsi memberi nuansa warna Islami dalam sanubari anak.
Menyegarkan hidung dan lidah
Akhirnya, tujuan akhir membangunkan anak di pagi dini hari adalah agar mereka menghabiskan santap sahurnya. Dalam hal ini, lidah dan hidung memiliki peran yang sangat besar. Jika kedua indra ini sudah terangsang, anak akan menghabiskan hidangan sahur dengan penuh semangat.
Merangsang hidung ? Anda bisa pilih menu-menu makanan yang beraroma harum. Opor, soto, maupun rawon yang terhidang hangat, baunya cukup nikmat untuk menyegarkan hidung. Upayakan untuk menghidangkan lauk pauk dalam keadaan hangat, supaya memiliki aroma yang sedap. Tiap anak memiliki kegemaran aroma yang berbeda-beda, dan Andalah yang seharusnya paling mengenali kegemaran anak-anak itu.
Merangsang lidah ? Pilih menu-menu ringan kesukaan anak-anak. Jangan memaksakan diri untuk menyediakan masakan-masakan baru yang harus Anda masak di tengah malam, karena ini akan sangat menguras tenaga ibu. Memilih menu makanan yang sudah dimasak semenjak sore dan tinggal menghangatkan ketika hendak sahur akan menjadi pilihan lebih bijaksana.
Kehangatan makanan dan minuman yang menyentuh lidah dan tenggorokan pun akan sangat meembantu menumbuhkan selera makan. Susu hangat, atau sereal kegemaran anak, mengapa tidak?·

Ramadhan dan 11 Bulan Sesudahnya

Ramadhan dijelaskan oleh Rasulullah saw sebagai syahrul azhim mubarak, yakni bulan yang sangat agung dan berlimpah keberkahan serta kebaikan. Bulan yang pada sepuluh hari pertamanya tercurah rahmat, sepuluh hari keduanya berlimpah maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari terakhirnya pembebasan dari api neraka.
Masih banyak lagi keutamaan yang menghampar di bulan Ramadhan. Tapi semua itu tidak mungkin bisa diraih tanpa ada persiapan-persiapan yang serius. Di sinilah peran para dai, ustadz, ulama dan lembaga-lembaga Islam sangat dibutuhkan untuk meniyah Ramadhan, yakni penyuluhan dan penyadaran kepada masyarakat tentang Ramadhan dengan segala keutamaannya serta bagaimana menyikapi dan mengisinya.
Kampanye penyadaran dan pembekalan itu harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum memasuki Ramadhan, agar nantinya ketika masuk pada bulan Ramadhan masyarakat mengerti betul bagaimana mengisi Ramadhan dengan kesadaran yang tinggi, sehingga ibadah mereka optimal.
Begitu pentingnya pembekalan ini sehingga para sahabat Rasulullah yang keimanannya sudah mantap, masih saja diberi taujihat (pengarahan-pengarahan) oleh beliau ketika akan memasuki Ramadhan.
Bekal Utama
Secara pribadi, setiap muslim wajib membekali dirinya dengan persiapan optimal yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan agar secara internal siap memasuki Ramadhan.
Ada dua persiapan penting yang harus dilakukan dalam rangka tau'iyah Ramadhan, yakni mempersiapkan pribadi setiap muslim (i'dadun nafsi) dan mempersiapan bi'ah (lingkungan) yang kondusif.
Persiapan pribadi itu terdiri dari empat hal :
Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan. Shalafus Shaleh biasa melakukan persiapan ini jauh hari sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya'ban. Ini bisa dilihat dari doa mereka, "Ya Allah berikanlah kepada kami keberkahan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan." Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, di surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sudah sejak bulan Rajab iman kita sudah meningkat. Bisa dikiaskan, bulan Rajab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up) sehingga ketika memulai start memasuki Ramadhan kita sudah bisa langsung lari kencang.
Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fisik. Untuk memasuki Ramadhan, secara fisik kita pun sudah harus lebih sehat dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, kemuliaan-kemuliaan yang dilimpahkan Allah di bulan Ramadhan pun tidak bisa optimal kita raih. Makanya, pada bulan Rajab Rasulullah dan para sahabat membiasakan diri melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail) dan meningkatkan kepedulian sosial.
Ketiga, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta. Jangan salah duga, persiapan harta bukan untuk membeli kebutuhan logistik buka puasa atau kue-kue lebaran sebagaimana yang menjadi tradisi kita selam ini, tapi untuk melipatgandakan shadaqah, karena Ramadhan merupakan bulan kepedulian sosial. Pahala bershadaqah pada bulan ini berlipat ganda dibanding bulan biasa.
Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan fikiran dan ilmu. Agar ibadah Ramadhan bisa optimal diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan membaca berbagai literatur tentang Ramadhan yang bisa membimbing kita beribadah Ramadhan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah. Menghafal ayat-ayat dan do’a-do’a yang terkait dengannya, menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa dan lain-lain juga penting dilakukan.
Selain persiapan-persiapan individual tersebut, persiapan sosial juga sangat vital dalam mewujudkan Ramadhan yang sukses, karena betapapun semangatnya para pribadi menyambut Ramadhan, tetapi kalau lingkungannya tidak mendukung, maka pribadi tersebut akan terkena imbasnya.
Pengkondisian lingkungan itu harus dilakukan di mana saja. Di rumah misalnya, sebaiknya memberi semangat anak-anak dengan nasehat tentang puasa, dibelikan mukena, kain sajadah atau mushaf Al-Quran yang baru. Gambar-gambar seronok dienyahkan. Di luar rumah dipasang berbagai publikasi seperti spanduk, stiker, brosur untuk mengingatkan masyarakat tentang Ramadhan dan keutamaannya.
Tak kalah pentingnya, masjid dan mushalla hendaknya ditata lebih indah, bersih dan nyaman. Sehingga, orang yang berada di dalamnya merasa betah dan tenteram. Begitu pula dengan kegiatannya harus beraneka-ragam dan berbobot. Jangan cuma tarawih dan buka puasa bersama (ifthar jama'i) saja tapi buat halaqah Qur'an, tadarus bersama, kajian tafsir dan fiqih dan lain-lain. Sebanyak-banyaknya masyarakat harus bisa tersedot ke dalam warna Islami agar terbiasa juga hidup Islami di luar bulan Ramadhan.
Puasa yang Sukses
Ibadah Ramadhan yang sukses adalah yang dapat berhasil meraih ketaqwaan dan bisa mempertahankannya untuk selama sebelas bulan berikutnya. Untuk mencapai kesuksesan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Pertama, meningkatkan kualitas puasa yang tidak hanya makan dan minum tetapi juga melatih jiwa untuk bisa berfikir dan berperilaku hidup Islami.
Kedua, meningkatkan interaksi dengan al-Qur'an. Inilah hikmahnya Al-Qur'an diturukan pada bulan Ramadhan agar kita bisa lebih intens membaca, memahami dan mengikuti tuntunannya. Mustahil orang akan bertaqwa kalau tidak mengkaji Al-Qur'an.
Ketiga, memperhatikan aturan-aturan Allah dan tidak dilanggar agar terbentuk kedisiplinan diri untuk tidak menyeleweng dari garis ketentuan Allah.
Keempat, beri'tikaf di masjid pada 10 hari terakhir yang menandakan dekatnya hubungan kita dengan Allah karena selalu berada di dalam masjid, dengan jalan dzikir, ibadah dan tafakur.·