Sunday, September 11, 2005 By: adedepok

Melatih Anak Berpuasa

Kerap kita dengar celetukan ketus kaum ibu, tentang apa gunanya bersusah-susah mengajar anak melaksanakan shaum (puasa). "Toh mereka masih kecil. Masih waktunya bermain. Mengapa juga kita paksa-paksa nahan lapar. Kan kasihan."
Kasihan, justru kasihan kepada mereka yang tak memahami pentingnya puasa bagi anak-anak. Karena justru di usia anak-anaklah, sedang berproses sebuah fase perubahan besar, yaitu pengurangan egosentrisme. Dan, ini akan bisa diperlancar dengan terapi latihan menahan keinginan.
Bagi anak yang terbiasa jajan, karena orang tua senantiasa menuruti keinginannya, maka penjual apapun yang lewat di depan rumah nampak menggugah selera mereka. Ketika penjual es lewat, tenggorokan mereka terasa haus. Begitu penjual roti lewat, perut mereka pun terasa lapar. Sebentar kemudian penjual susu murni, dilanjutkan baso, dan terakhir mainan.
Betul, bahwa setiap bayi terlahir dengan dibekali egosentrisme sangat kuat, bahwa bagi mereka yang terpenting adalah kesenangan buat dirinya sendiri. Seiring dengan bertambahnya usia, sifat ini akan terkikis perlahan hingga habis ketika dewasa nanti. Dalam fase perkembangannya, orang tua bisa proaktif mempercepat pengikisan egosentrisme ini, salah satunya dengan cara latihan menahan keinginan.
Manakala Anda selalu menuruti keinginan anak, karena Anda memiliki uang untuk mengabulkan permintaan mereka, maka anak Anda tidak belajar untuk menghapus egosentrisme dalam dirinya. Anak seperti ini kerap tumbuh menjadi manja.
Dengan latihan puasa, anak belajar bahwa ada kalanya ia harus menahan lapar, walaupun ada makanan di dapur. Ia pun dilarang minum walau ada air mineral berbotol-botol. Ia akan belajar sedikit demi sedikit menahan keinginannya. Sungguh, latihan selama sebulan untuk menahan keinginan, merupakan terapi luar biasa untuk mempercepat kedewasaan anak.·

0 comments: