Sunday, September 11, 2005 By: adedepok

Perencanaan Matang Meningkatkan Kualitas Diri

Tetapkan target dan prioritas. Kesampingkan hal-hal yang tidak penting. Pernahkah Anda merasa ketika Ramadhan berakhir, Anda tidak mendapatkan apa-apa ? Hari-hari Anda disibukkan dengan berbagai kegiatan menyongsong Lebaran, mulai menyiapkan berbagai makanan, pakaian untuk seluruh anggota keluarga, bingkisan untuk sanak keluarga, hingga mengubah atau menata rumah.
Bagi seorang ibu, hari-hari pada Ramadhan adalah saat dimana begitu banyak kegiatan yang harus dilakukan. Dari mulai mendidik anak membiasakan puasa, mengajaknya mengisi waktu siang dengan kegiatan yang bermanfaat, belanja berbagai kebutuhan, menyiapkan hidangan dengan menu istimewa, dan kegiatan lain seperti yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian wajar jika Anda merasa tidak mendapatkan sesuatu yang berarti pada bulan Ramadhan.
Peristiwa shaum (puasa) di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri pada tanggal satu Syawal di masyarakat kita, memang sarat dengan simbul-simbul budaya. Berbagai penyelenggaraan kebiasaan atau budaya tersebut kadang melupakan esensi dari pelaksanaan puasa dan Idul Fitri itu sendiri.
Tentunya kita menginginkan, setiap kali melewati Ramadhan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Hanya kadang-kadang kondisi dan lingkungan kurang mendukung, terutama budaya yang umumnya menyeret pada budaya konsumtif dan berlebih-lebihan. Bagaimana mengatasi semua ini ?
Menetapkan Target dan Rencana
Pertama yang penting dilakukan adalah menetapkan target. Target yang akan kita capai jangan terlalu berat, sehingga menyulitkan kita untuk merealisasikannya, atau terlalu ringan sehingga kita tidak mendapatkan kemajuan yang berarti. Target sebulan bisa dipilah menjadi target harian, target mingguan target sepuluh hari pertama sepuluh hari kedua dan ketiga.
Setelah menentukan target, langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan agar target tersebut dapat terealisasi. Target dan rencana bisa ditetapkan jauh hari sebelum Ramadhan tiba.
Banyak hal yang bisa kita targetkan seperti peningkatan ibadah, kepribadian, keilmuan, dan lain-lain. Dalam hal ubudiyah, kita bisa mentargetkan ibadah baik kuantitas maupun kualitasnya. Shalat yang biasanya hanya mengerjakan shalat wajib bisa ditambah dengan shalat-shalat sunah, seperti shalat rawatib, shalat duha, shalat tarawih/shalat lail, dan lain-lain.
Pekerjaan rumah yang bertumpuk, kadang membuat seorang ibu menunda-nunda shalat, dengan alasan tanggung sedang dikerjakan.. Padahal pekerjaan jika dituruti, tak kunjung ada habisnya. Oleh karena itu pada Ramadhan adalah saatnya untuk memulai shalat tepat waktu.
Membaca al-Qur'an bisa direncanakan dilakukan setiap hari, baik setiap habis shalat atau pada waktu tertentu ketika ada waktu luang. Banyaknya ayat yang dibaca bisa disesuaikan dengan kemampuan. Jika kita mentargetkan mampu khatam satu juz, selama satu bulan berarti target harian adalah satu juz perhari. Jika mampu lebih dari itu, tentu akan lebih bagus lagi. Untuk menghapal al-Qur'an pun, sesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas. Jika belum hafal juz amma, kita bisa mentargetkannya selama satu bulan.
Bulan puasa adalah bulan yang paling tepat untuk membiasakan bersedekah. Dengan shaum kita bisa lebih menghayati penderitaan orang-orang yang nasibnya kurang beruntung, baik para fakir miskin maupun para pengungsi korban perang.
Dalam hal peningkatan kualitas kepribadian, pertama yang penting dilakukan adalah introspeksi diri. Sifat-sifat buruk apakah yang kita miliki. Mengubah karakter yang sudah sekian lama melekat memang bukan pekerjaan yang gampang. Boleh jadi kita membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengubahnya. Namun sangat tepat jika itu kita mulai dan kita azamkan pada Ramadhan, dimana semangat untuk mengubah diri kita cukup tinggi. Kita bisa membuat skala prioritas, sifat mana yang paling dianggap mengganggu atau yang paling ingin kita ubah, atau paling tidak terkurangi kadarnya. Banyak sifat atau kebiasaan yang distigmakan pada kaum ibu seperti tidak bisa menjaga lidah, cenderung memiliki rasa iri atau dengki, kebiasaan hidup santai dan boros, atau sifat-sifat buruk lainnya yang mungkin kita rasakan ada pada diri kita.
Dalam upaya meningkatkan keilmuan, banyak yang bisa kita lakukan atau kita pilih. Saat Ramadhan banyak stasiun televisi, maupun radio yang menyiarkan ceramah. Kita bisa pilih acara yang benar-benar memberikan wawasan dan penambahan pengetahuan. Cara ini cukup efektif, karena kita bisa mendengarkannya tanpa meninggalkan pekerjaan-pekerjaan rumah. Metode lain adalah mengikuti paket-paket kajian yang diadakan oleh masjid-masjid atau pusat dakwah. Kegiatan ini biasanya marak pada Ramadhan. Pilihan seperti ini bisa dipilih saat luang sebelum disibukkan dengan kegiatan dapur menjelang buka.
Melakukan Evaluasi
Pada saat pelaksanaan perencanaan, hal lain yang penting dilakukan adalah melakukan evaluasi. Seperti halnya dalam hal menetapkan target, evaluasi bisa dilakukan dalam hitungan harian, mingguan, persepuluh hari atau evaluasi pada akhir Ramadhan. Evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana target kita terealisasi atau tidak.
Sebenarnya setiap shalat adalah media untuk evaluasi dan introspeksi diri. Sejak mengambil air wudlu, yang kita lakukan adalah bukan sekadar mencuci kotoran fisik melainkan kita juga berusaha mensucikannya dari apa-apa yang telah dilakukan oleh anggota tubuh kita. Jangan sampai tangan, kaki, lidah, mata, hati dan indra lainnya, tidak berbeda saat sedang melakukan shaum dan pada hari biasa. Kita justru harus melatih agar pada saat shaum usai kitapun masih mampu mengendalikannya.
Ada beberapa hal yang bisa dievaluasi setiap habis Ramadhan. Ada beberapa kebiasaan buruk yang umum dilakukan pada saat menjalankan shaum. Salah satunya adalah terlalu berlebihan pada saat berbuka puasa. Latihan menahan hawa nafsu pada siang hari menjadi tidak berarti karena pada saat berbuka, nafsu untuk memuaskan segala hal justru meningkat. Yang terjadi puasa hanya memindahkan waktu makan tanpa ada peningkatan kemampuan mengendalikan nafsu.
Ada lagi kebiasaan kurang baik, yaitu mengisi waktu senggang siang hari dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti banyak menonton film yang kurang bermanfaat, mengobrol yang kurang jelas, berbelanja berlama-lama untuk sengaja membuang waktu. Banyak hal yang sangat bemanfaat yang bisa dilakukan seperti membaca buku, membuat kerajinan atau apapun yang lebih mendatangkan manfaat.
Hal lain adalah berlebihan menyambut Lebaran. Ada yang tabungannya sengaja dihabiskan untuk perayaan satu hari itu. Ada yang membeli banyak pakaian, atau kegiatan lain yang berlebihan untuk menyambut Lebaran. Padahal Lebaran adalah puncak atau bukti latihan peningkatan keimanan dan ketakwaan kita. Cara kita menyambut lebaran merupakan cerminan dari shaum kita.
Adalah hal yang wajar untuk menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri, karena saat seperti itulah kita bisa berkumpul dengan sanak saudara dan saling bermaaf-maafan. Hanya, jangan sampai kegiatan untuk itu, menghabiskan energi, fikiran, waktu, dan uang yang berlebihan. Hal ini terutama menjelang Ramadhan usai.
Banyak hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan Lebaran. Bagi yang jarang membeli pakaian baru, membeli pada saat menjelang Lebaran memang bisa dijadikan pilihan. Membagikan bingkisan atau hadiah pada sanak famili juga umumnya dilakukan pada momen seperti ini. Namun untuk menyiapkan semuanya tentu sangat menyita waktu, untuk itu sebaiknya dilakukan jauh hari. Jika penyiapan makanan, dan lain-lain semuanya dilakukan pada hari-hari akhir Ramadhan, tentunya akan menyita konsentrasi pada pelaksanan shaum kita. Padahal pada saat-saat itulah kesempatan kita untuk mendapatkan hikmah dan barokah seribu bulan.
Semoga Ramadhan kali ini kita menjadi jauh lebih baik. Amien.

0 comments: