Sunday, September 11, 2005 By: adedepok

Ramadhan dan 11 Bulan Sesudahnya

Ramadhan dijelaskan oleh Rasulullah saw sebagai syahrul azhim mubarak, yakni bulan yang sangat agung dan berlimpah keberkahan serta kebaikan. Bulan yang pada sepuluh hari pertamanya tercurah rahmat, sepuluh hari keduanya berlimpah maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari terakhirnya pembebasan dari api neraka.
Masih banyak lagi keutamaan yang menghampar di bulan Ramadhan. Tapi semua itu tidak mungkin bisa diraih tanpa ada persiapan-persiapan yang serius. Di sinilah peran para dai, ustadz, ulama dan lembaga-lembaga Islam sangat dibutuhkan untuk meniyah Ramadhan, yakni penyuluhan dan penyadaran kepada masyarakat tentang Ramadhan dengan segala keutamaannya serta bagaimana menyikapi dan mengisinya.
Kampanye penyadaran dan pembekalan itu harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum memasuki Ramadhan, agar nantinya ketika masuk pada bulan Ramadhan masyarakat mengerti betul bagaimana mengisi Ramadhan dengan kesadaran yang tinggi, sehingga ibadah mereka optimal.
Begitu pentingnya pembekalan ini sehingga para sahabat Rasulullah yang keimanannya sudah mantap, masih saja diberi taujihat (pengarahan-pengarahan) oleh beliau ketika akan memasuki Ramadhan.
Bekal Utama
Secara pribadi, setiap muslim wajib membekali dirinya dengan persiapan optimal yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan agar secara internal siap memasuki Ramadhan.
Ada dua persiapan penting yang harus dilakukan dalam rangka tau'iyah Ramadhan, yakni mempersiapkan pribadi setiap muslim (i'dadun nafsi) dan mempersiapan bi'ah (lingkungan) yang kondusif.
Persiapan pribadi itu terdiri dari empat hal :
Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni persiapan ruh keimanan. Shalafus Shaleh biasa melakukan persiapan ini jauh hari sebelum datang Ramadhan. Bahkan mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rajab dan Sya'ban. Ini bisa dilihat dari doa mereka, "Ya Allah berikanlah kepada kami keberkahan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada Ramadhan." Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, di surah At-Taubah Allah melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kedzaliman sejak bulan Rajab. Tapi bukan berarti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan agar sudah sejak bulan Rajab iman kita sudah meningkat. Bisa dikiaskan, bulan Rajab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up) sehingga ketika memulai start memasuki Ramadhan kita sudah bisa langsung lari kencang.
Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fisik. Untuk memasuki Ramadhan, secara fisik kita pun sudah harus lebih sehat dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, kemuliaan-kemuliaan yang dilimpahkan Allah di bulan Ramadhan pun tidak bisa optimal kita raih. Makanya, pada bulan Rajab Rasulullah dan para sahabat membiasakan diri melatih fisik dan mental dengan melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa bangun malam (qiyamul-lail) dan meningkatkan kepedulian sosial.
Ketiga, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta. Jangan salah duga, persiapan harta bukan untuk membeli kebutuhan logistik buka puasa atau kue-kue lebaran sebagaimana yang menjadi tradisi kita selam ini, tapi untuk melipatgandakan shadaqah, karena Ramadhan merupakan bulan kepedulian sosial. Pahala bershadaqah pada bulan ini berlipat ganda dibanding bulan biasa.
Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan fikiran dan ilmu. Agar ibadah Ramadhan bisa optimal diperlukan bekal wawasan dan tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan membaca berbagai literatur tentang Ramadhan yang bisa membimbing kita beribadah Ramadhan dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah. Menghafal ayat-ayat dan do’a-do’a yang terkait dengannya, menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa dan lain-lain juga penting dilakukan.
Selain persiapan-persiapan individual tersebut, persiapan sosial juga sangat vital dalam mewujudkan Ramadhan yang sukses, karena betapapun semangatnya para pribadi menyambut Ramadhan, tetapi kalau lingkungannya tidak mendukung, maka pribadi tersebut akan terkena imbasnya.
Pengkondisian lingkungan itu harus dilakukan di mana saja. Di rumah misalnya, sebaiknya memberi semangat anak-anak dengan nasehat tentang puasa, dibelikan mukena, kain sajadah atau mushaf Al-Quran yang baru. Gambar-gambar seronok dienyahkan. Di luar rumah dipasang berbagai publikasi seperti spanduk, stiker, brosur untuk mengingatkan masyarakat tentang Ramadhan dan keutamaannya.
Tak kalah pentingnya, masjid dan mushalla hendaknya ditata lebih indah, bersih dan nyaman. Sehingga, orang yang berada di dalamnya merasa betah dan tenteram. Begitu pula dengan kegiatannya harus beraneka-ragam dan berbobot. Jangan cuma tarawih dan buka puasa bersama (ifthar jama'i) saja tapi buat halaqah Qur'an, tadarus bersama, kajian tafsir dan fiqih dan lain-lain. Sebanyak-banyaknya masyarakat harus bisa tersedot ke dalam warna Islami agar terbiasa juga hidup Islami di luar bulan Ramadhan.
Puasa yang Sukses
Ibadah Ramadhan yang sukses adalah yang dapat berhasil meraih ketaqwaan dan bisa mempertahankannya untuk selama sebelas bulan berikutnya. Untuk mencapai kesuksesan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan.
Pertama, meningkatkan kualitas puasa yang tidak hanya makan dan minum tetapi juga melatih jiwa untuk bisa berfikir dan berperilaku hidup Islami.
Kedua, meningkatkan interaksi dengan al-Qur'an. Inilah hikmahnya Al-Qur'an diturukan pada bulan Ramadhan agar kita bisa lebih intens membaca, memahami dan mengikuti tuntunannya. Mustahil orang akan bertaqwa kalau tidak mengkaji Al-Qur'an.
Ketiga, memperhatikan aturan-aturan Allah dan tidak dilanggar agar terbentuk kedisiplinan diri untuk tidak menyeleweng dari garis ketentuan Allah.
Keempat, beri'tikaf di masjid pada 10 hari terakhir yang menandakan dekatnya hubungan kita dengan Allah karena selalu berada di dalam masjid, dengan jalan dzikir, ibadah dan tafakur.·

0 comments: